Senin, 08 Agustus 2016


TEESA KAUNANG
 “Cairan Birahiku Di Dalam Lubang Pokeknya Nikmat Ini Sedalam-Dalamnya”






aku menempelkan ujung kepala pelerku yang baru membesar 60% sehingga tidak terlalu besar dengan kondisi ereksi 50%. Mungkin karena tidak terlalu besar, aku dapat mendorong kepala tersebut masuk sebatas leher pelerku dan terganjal oleh kelembekan pelerku dan kesempitan lubang pokeknya. Aku terdiam dan menahan nafas, tiba-tiba aku merasa denyutan di ujung kepala pelerku yang terbenam dalam daging kenikmatan tersebut.


Perlahan pelerku agak mengeras dan agak membesar, aku mencoba menekan dan menemukan sedikit celah untuk masuk tapi lagi-lagi terhenti. Perlahan tapi pasti, dalam waktu 5 menit ereksiku dapat mencapai 80% dan adalah suatu pengalaman yang luar biasa merasakan pelerku mengembang perlahan di dalam pokek yang sempit dan menjepit keras, nikmat berdenyut membesar dan mengisi rongga itu dengan perlahan.


Setiap dorongan menimbulkan suatu rasa nikmat di kulit pelerku dan itulah yang memacu pelerku dapat mengeras. Akhirnya aku menahan nafas dan mencoba mendorong sedalam-dalamnya dan pelerku bergerak perlahan sekali tetapi semakin maju sedikit semakin mengeras dan membesar. Ia merintih dan menggelengkan kepalanya ke kanan dan ke kiri seraya mencoba berontak, tapi dengan posisi ini seluruh berat tubuhku ditumpukan di kedua belah pahanya agar tetap mengangkang lebar dan tidak bisa bergerak.


Setelah masuk kira-kira 3/4 bagian, aku berdiam dulu merasakan hangatnya pelerku dijepit oleh daging hangat yang berdenyut lembut, dan ia pun agak tenang walaupun tangannya masih mencoba menolak perutku. Tanpa membuang waktu, aku menggeram mendorong amblas seluruh batang pelerku sambil kuberatkan bobot tubuhku seluruhnya sehingga amblas sedalam-dalamnya dan tubuhnya tidak dapat bergerak sama sekali. Woww.., kenikmatan yang amat sangat menyergap pelerku pada saat aku mencapai dasar dan menggesek benjolan daging di dalam pokeknya.


Denyutan pokeknya amat berbeda pada saat batangku belum amblas seluruhnya, begitu ketat dan hangat tidak terlukiskan dengan kata-kata. Aku merasa pelerku akan membesar melebihi ukuran normal kalau saja aku tidak menggunakan obat (sampai terasa agak pegal karena ototku pelerku membengkak). Aku menahan nafas dan membatin bahwa tanpa digerakkan pun aku sudah merasakan nikmat melebihi senggama normal.


Kemudian aku mencoba menarik perlahan sebatas kepala peler dan amat dashyat terasa gesekan dua kulit lain jenis bila beradu. Aku mendorong sebanyak 5-6 kali secara perlahan dan melihat kepala peler di bawahku terasa seperti diombang-ambing ombak badai luar biasa, hingga pada hitungan ke-7 aku menekan sekuat-kuatnya dan sedalam-dalamnya serta menggerakkan ujung pelerku hingga berhasil menemukan daging kecil dalam lubang tersebut. Ia berteriak dan mendongakkan kepalanya hingga terlihat hanya putih bola matanya serta bibir indahnya yang digigit keras sekali.


Aku membungkuk untuk mencium bibirnya dan membuka paksa mulutnya agar merekah menyambut lidahku. Tak disangka, dengan ganas ia menyambut lidahku dan mengulumnya serta menyedotnya. Goyangan itu aku ulangi terus sampai dia menggigit bibirku keras sekali dan akhirnya aku tahu bahwa dia telah mencapai orgasme yang pertama. Seluruh tangannya meraba dan mencakar punggungku kuat sekali. Aku tidak peduli dan aku terus menggenjot tubuh indah dan nikmat ini perlahan tapi dalam dan disertai putaran seperti gerakan membor lubang kenikmatan tersebut. Kini dengan dipenuhi cairan kenikmatan tersebut, gerakan memborku semakin ganas hingga biji matanya tidak pernah pudar, selalu memutih setiap kali aku membuat gerakan sedalam-dalamnya dengan gerakan membor.





Tiba-tiba aku melepaskan pelerku dan dia berteriak, “Aahh!”. Dengan agak kasar dan bernafsu aku membawa dia ke tepi ranjang dan membalikkan tubuhnya menjadi berposisi doggy style. Dengan cepat pelerku amblas kembali dengan suatu sentakan cepat hingga sesaat kepalanya terdongak kaget akan tetapi langsung terkulai kembali ke kasur.


Aku menggenjot dengan mantap tetapi lembut dan dalam posisi ini aku dapat menemukan daging tersebut dan menguleknya menggunakan ujung kepala pelerku dengan pelan tapi bertenaga dan lama. Hanya ada rintihan dan cakaran tangannya ke sprei di depannya dan sentakan pinggulku menerobos lubang itu berulang-ulang selama lebih kurang 15 menit dalam kamar itu. Cairan kenikmatannya kembali keluar dan keluar kira-kira 3 kali dan akhirnya menetes deras ke kasur di bawahnya.


Aku merasa ingin orgasme tapi belum juga sampai hingga beberapa lama kemudian aku membalikkan tubuhnya lagi dan aku menariknya ke tengah ranjang. Aku mengganjal pantatnya dan mencari tissue untuk mengeringkan lubang pokeknya. Aku membisikkan ke telinganya bahwa kalau basah aku tidak bisa keluar dan bisa-bisa sampai siang pun aku tidak akan melepas dirinya. Dan dengan gerakan yang sudah tidak bertenaga sama sekali ia mencoba mengeringkan pokeknya sebisanya dan lalu tubuhnya kembali rubuh tidak bertenaga ke belakang. Setelah siap, aku mengangkat kedua kakinya ke pundakku dan bersiap untuk melancarkan gerakan paling mantap yang akan pernah ia rasakan.

Aku mengambil nafas dan meletakkan kepala pelerku yang sudah agak lebih besar daripada biasanya di gerbang pokeknya. Agak seret dan sulit karena kini pelerku sudah mengeras sepenuhnya dan bibir pokeknya dalam keadaan kering. Aku mengambil keputusan memaksanya dengan sekali sentakan mendorong pelerku masuk dan pelerku memasuki gerbang tersebut dengan lambat sekali dan begitu nikmat setelah agak kering.


Sebatas kepala pelerku gerakannya tertahan oleh otot pokeknya. Aku mencoba mengambil ancang-ancang dengan gerakan keluar masuk pendek kira-kira 3 kali sesudah itu aku mendorongnya dan aku merambat pelan menggesek membelah dan menghunjam ke dalam pokeknya dengan mantap dan dibantu dengan berat badanku, aku mencapai dasar pokeknya dan menggeseknya kasar tapi perlahan dan erangannya membahana di dalam kamar..


“Oohh god.., godd.. Godd.”


Aku menarik pelerku seperti irama biasa 6 pendek dan 1 panjang tapi kini dengan posisi sedalam-dalamnya hingga aku bisa mengulek bagian dalam pokeknya dengan leluasa tanpa hambatan. Kini aku melaksanakannya bertambah cepat dari waktu ke waktu seakan aku hampir mencapai garis finish. Kombinasi inex ditambah pokek yang rapat dan nikmat dari gadis ini dan wajah yang begitu sensual di bawahku menciptakan suatu ilusi birahi serasa di langit ketujuh.

Aku memejamkan mataku, dentuman house music mengangkat sisa on tadi dikombinasi gesekan nikmat pokek di bawahku. Hanya ada satu yang aku kejar sekarang, aku ingin menumpahkan semua cairan birahiku di dalam pokek nikmat ini sedalam-dalamnya. Semakin cepat aku bergerak semakin keras rintihannya hingga tiba-tiba aku merasa denyutan yang luar biasa meremas-remas batangku dan semburan hangat dalam pokeknya membungkus seluruh batangku dan kepala pelerku. Dan aku tidak bisa mencegah suatu denyutan nikmat dalam batangku merambat cepat tidak tertahankan ke kepala pelerku dan berakhir dengan semburan nikmat berulang-ulang tanpa bisa aku cegah dan setiap semburannya selalu meningkat rasa nikmatnya hingga semburan terakhir.


Aku memeluk kedua belah pahanya erat-erat dan setelah gelombang kenikmatan tersebut mereda, baru aku bisa membuka mata dan melihat tubuh di bawahku yang tergolek tersengal-sengal dan melihat lagi di antara jepitan pahanya dan pahaku, menetes tanpa henti cairan kental keputihan seakan pokeknya sama sekali tidak dapat menampung cairan kami berdua. Kemudian aku mencabut batang pelerku yang masih setengah mengeras dan merebahkan diri di samping tubuhnya.


Tanpa sadar aku tertidur dan hingga kira-kira pukul 11 siang aku terbangun dan mendapati tubuh molek ini masih tertidur lalu tiba-tiba nafsuku naik lagi membayangkan pertempuran subuh tadi dan aku mengulanginya lagi sementara ia hanya bisa mengikutinya sambil berbisik..

“Kamu gila, kamu bukan orang, kalau pacarku hanya mampu sekali dan itupun hanya 5 menit”. Aku hanya tersenyum serta memperkeras dorongan pinggulku sampai aku mencapai ledakan kedua sekitar jam 12 siang.



Setelah kami tidur sampai jam 3 dia bangun mandi dan berpakaian demikian juga aku dan kami berdua merokok tanpa bicara dan akhirnya dia bicara..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar