KIMBERLY RYDER
“Pengalamanku Menjilat Pokek Kimberly”
Kimberly Ryder, adalah seorang gadis dengan wajah cantik, putih
& mulus, alis matanya melengkung, dan mata indah serta jernih, dilindungi
oleh bulu mata lentik, hidung mancung serasi melengkapi kecantikannya, ditambah
dengan bibir mungil merah alami yang serasi pula dengan wajahnya.
Rambutnya yang hitam dan dipotong pendek menjadikannya lebih menarik, kulitnya
putih mulus dan terawat, badannya mulai tumbuh begitu indah dan seksi. Dia
tumbuh di kalangan keluarga yang cukup berada dan menyayanginya. Usianya baru
15 tahun, kadang sifatnya masih kekanakan. Badannya tidak terlalu tinggi
berkisar 155 cm, badannya ideal dengan tinggi badannya, tidak terlalu gemuk
atau terlalu kurus.
Seminggu yang lalu Kimberly mulai rutin mengikuti les privat Fisika di rumahku,
Renne Lobo, aku seorang duda. Aku mempunyai sebuah rumah mungil dengan dua buah
kamar, diantaranya ada sebuah kamar mandi yang bersih dan harum. Kamar depan
diperuntukkan ruang kerja dan perpustakaan, buku-buku tersusun rapi di dalam
rak dengan warna-warna kayu, sama seperti meja kerja yang di atasnya terletak
seperangkat komputer.
Sebuah lukisan yang indah tergantung di dinding, lukisan itu semakin tampak
indah di latar belakangi oleh warna dinding yang serasi. Ruang tidurnya dihiasi
ornamen yang serasi pula, dengan tempat tidur besar dan pencahayaan lampu yang
membuat suasana semakin romantis. Ruang tamu ditata sangat artistik sehingga
terasa nyaman.
Rumahku memang terkesan romantis dengan terdengar pelan alunan lagu-lagu cinta,
Kimberly sedang mengerjakan tugas yang baru kuperintahkan. Dia terlalu asyik
mengerjakan tugas itu, tanpa sengaja penghapusnya jatuh tersenggol. Kimberly
berusaha menggapai ke bawah bermaksud untuk mengambilnya, tapi ternyata dia
memegang tanganku yang telah lebih dulu mengambilnya. Kimberly kaget melihat ke
arahku yang sedang tersenyum padanya. Kimberly berusaha tersenyum, saat tangan
kirinya kupegang dan telapak tangannya kubalikkan dengan lembut, kemudian
kutaruh penghapus itu ke dalam telapak tangannya.
Aku sebagai orang yang telah cukup berpengalaman dapat merasakan
getaran-getaran perasaan yang tersalur melalui jari-jari gadis itu, sambil
tersenyum aku berkata, "Fan, kamu tampak lebih cantik kalau tersenyum
seperti itu". Kata-kataku membuat gadis itu merasa tersanjung, dengan
tidak sadar Kimberly mencubit pahaku sambil tersenyum senang.
"Udah punya pacar Kim?", godaku sambil menatap Kimberly.
"Belum, Kak!", jawabnya malu-malu, wajahnya yang cantik itu bersemu
merah. "Kenapa, kan temen seusiamu sudah mulai punya pacar",
lanjutku.
"Habis mereka maunya cuma hura-hura kayak anak kecil, caper",
komentarnya sambil melanjutkan menulis jawaban tugasnya.
"Ohh!", aku bergumam dan beranjak dari tempat duduknya, mengambil
minuman kaleng dari dalam kulkas. "Minum Coca Cola apa Fanta, Fan?",
lanjutku.
"Apa ya! Coca Cola aja deh Kak", sahutnya sambil terus bekerja.
Aku mambawa dua kaleng minuman dan mataku terus melihat dan menelusuri tubuh Kimberly
yang membelakangi, ternyata menarik juga gadis ini, badannya yang semampai dan
bagus cukup membuatku bergairah, pikirku sambil tersenyum sendiri.
"Sudah Kak", suara Kimberly mengagetkan lamunanku, kuhampiri dan kusodorkan
sekaleng Coca-Cola kesukaan gadis itu. Kemudian aku memeriksa hasil pekerjaan
itu, ternyata benar semua.
"Ahh, ternyata selain cantik kamu juga pintar Fan ", pujiku dan
membuat Kimberly tampak tersipu dan hatinya berbunga-bunga.
Aku yang sengaja duduk di sebelah kanannya, melanjutkan menerangkan pemecahan
soal-soal lain, Bau wangi parfum yang kupakai sangat lembut dan terasa nikmat
tercium hidung, mungkin itu yang membuatnya tanpa sadar bergeser semakin dekat
padaku.
Pujian tadi membuatnya tidak dapat berkonsentrasi dan berusaha mencoba mengerti
apa yang sedang dijelaskan, tapi gagal. Aku yang melihatnya tersenyum dalam
hati dan sengaja duduk menyamping, agak menghadap pada gadis itu sehingga
instingku mengatakan hatinya agak tergetar.
"Kamu bisa ngerti yang baru kakak jelaskan Fan", kataku sambil
melihat wajah Kimberly lewat sudut mata. Kimberly tersentak dari lamunannya dan
menggeleng, "Belum, ulang dong Kak!", sahutnya. Kemudian aku
mengambil kertas baru dan diletakkan di depannya, tangan kananku mulai menuliskan
rumus-rumus sambil menerangkan, tangan lainnya diletakkan di sandaran kursi
tempatnya duduk dan sesekali aku sengaja mengusap punggungnya dengan lembut.
Kimberly semakin tidak bisa berkonsentrasi, saat merasakan usapan lembut jari
tanganku itu, jantungnya semakin berdegup dengan keras, usapan itu kuusahakan
senyaman dan selembut mungkin dan membuatnya semakin terlena oleh perasaan yang
tak terlukiskan. Dia sama sekali tidak bisa berkonsentrasi lagi. Tanpa terasa
matanya terpejam menikmati belaian tangan dan bau parfum yang lembut.
Dia berusaha melirikku, tapi aku cuek saja, sebagai perempuan yang selalu ingin
diperhatikan, Kimberly mulai mencoba menarik perhatianku. Dia memberanikan diri
meletakkan tangan di atas pahaku. Jantungnya semakin berdegup, ada getaran yang
menjalar lembut lewat tanganku.
Selesai menerangkan aku menatapnya dengan lembut, dia tak kuasa menahan tatapan
mata yang tajam itu, perasaannya menjadi tak karuan, tubuhnya serasa menggigil
saat melihat senyumku, tanpa sadar tangan kirinya meremas lembut pahaku,
akhirnya Kimberly menutup mata karena tidak kuat menahan gejolak didadanya. Aku
tahu apa yang dirasakan gadis itu dengan instingku.
"Kamu sakit?", tanyaku berbasa basi. Kimberly menggelengkan kepala,
tapi tanganku tetap meraba dahinya dengan lembut, Kimberly diam saja karena
tidak tahu apa yang harus dilakukan. Aku genggam lembut jari tangan kirinya.
Udara hangat menerpa telinganya dari hidungku, "Kamu benar-benar gadis
yang cantik, dan telah tumbuh dewasa Fan", gumamku lirih. pujian itu membuat
dirinya makin bangga, tubuhnya bergetar, dan nafasnya sesak menahan gejolak di
dadanya. Dan Kimberly ternyata tak kuasa untuk menahan keinginannya meletakkan
kepalanya di dadaku, "Ahh..", Kimberly mendesah kecil tanpa disadari.
Aku sadar gadis ini mulai menyukaiku, dan berhasil membangkitkan perasaan
romantisnya. Tanganku bergerak mengusap lembut telinga gadis itu, kemudian
turun ke leher, dan kembali lagi naik ke telinga beberapa kali. Kimberly merasa
angan-angannya melambung, entah kenapa dia pasrah saja saat aku mengangkat
dagunya, mungkin terselip hatinya perasaan ingin terus menikmati
belaian-belaian lembut itu.
"Kamu memang sangat cantik dan aku yakin jalan pikiranmu sangat dewasa,
Aku kagum!", kataku merayu. Udara hangat terasa menerpa wajahya yang cantik,
disusul bibir hangatku menyentuh keningnya, lalu turun pelan ke telinga, hangat
dan lembut, perasaan nikmat seperti ini pasti belum pernah dialaminya. Anehnya
dia menjadi ketagihan, dan merasa tidak rela untuk cepat-cepat mengakhiri semua
kejadian itu.
"Ja.., jangan Kak", pintanya untuk menolak. Tapi dia tidak berusaha
untuk mengelak saat bibir hangatku dengan lembut penuh perasaan menyusuri
pipinya yang lembut, putih dan halus, saat merasakan hangatnya bibirku mengulum
bibirnya yang mungil merah merekah itu bergeter, aku yakin baru pertama kali
ini dia merasakan nikmatnya dikulum dan dicium bibir laki-laki.
Jantung di dadanya berdegup makin keras, perasaan nikmat yang menyelimuti
hatinya semakin membuatnya melambung. "Uuhh..!", hatinya tergelitik
untuk mulai membalas ciuman dan kuluman-kuluman hangatku.
"Aaahh..", dia mendesah merasakan remasanku lembut di payudara kiri
yang menonjol di dadanya, seakan tak kuasa melarang. Dia diam saja, remasan
lembut menambah kenikmatan tersendiri baginya. "Dadamu sangat indah
Fan", sebuah pujian yang membuatnya semakin mabuk, bahkan tangannya kini
memegang tanganku, tidak untuk melarangnya, tapi ikut menekan dan mengikuti
irama remasan di tanganku. Dia benar-benar semakin menikmatinya. Serdadukupun
mulai menegang.
"Aaahh", Kimberly mendesah kembali dan pahanya bergerak-gerak dan
tubuhnya bergetar menandakan pokeknya mulai basah oleh lendir yang keluar
akibat rangsangan yang dialaminya, hal itu membuat pokeknya terasa geli,
merupakan kenikmatan tersendiri. Dia semakin terlena diantara degup-degup
jantung dan keinginannya untuk mencapai puncak kenikmatan. Diimbanginya kuluman
bibir dan remasan lembut di atas buah dadanya.
Saat tanganku mulai membuka kancing baju seragamnya, tangannya mencoba
menahannya. "Jangan nanti dilihat orang", pintanya, tapi tidak
kupedulikan. Kulanjutkan membuka satu persatu, dadanya yang putih mulus mulai
terlihat, buah dadanya tertutup bra warna coklat.
Seakan dia sudah tidak peduli lagi dengan keadaannya, hanya kenikmatan yang
ingin dicapainya, dia pasrah saat kugendong dan merebahkannya di atas tempat
tidur yang bersprei putih. Di tempat tidur ini aku merasa lebih nyaman, semakin
bisa menikmati cumbuan, dibiarkannya dada yang putih mulus itu makin terbuka.
"Auuuhh", bibirku mulai bergeser pelan mengusap dan mencium hangat di
lehernya yang putih mulus. "Aaaahh", dia makin mendesah dan merasakan
kegelian lain yang lebih nikmat.
Aku semakin senang dengan bau wangi di tubuhnya. "Tubuhmu wangi
sekali", kembali rayuan itu membuatnya makin besar kepala. Tanganku itu
dibiarkan menelusuri dadanya yang terbuka. Kimberly sendiri tidak kuasa
menolak, seakan ada perasaan bangga tubuhnya dilihat dan kunikmati. Tanganku
kini menelusuri perutnya dengan lembut, membuatnya menggelinjang kegelian.
Bibir hangatku beralih menelusuri dadanya.
"Uhh.!", tanganku menarik bajunya ke atas hingga keluar dari rok
abu-abunya, kemudian jari-jarinya melepas kancing yang tersisa dan menari
lembut di atas perutnya. "Auuuhh" membuatnya menggelinjang nikmat,
perasaannya melambung mengikuti irama jari-jariku, sementara serdaduku terasa
makin tegang.
Dia mulai menarik kepalaku ke atas dan mulai mengimbagi ciuman dan kuluman,
seperti caraku mengulum dan mencium bibirnya. "Ooohh", terdengar
desah Kimberly yang semakin terlena dengan ciuman hangat dan tarian jari-jariku
diatas perutnya, kini dada dan perutnya terlihat putih, mulus dan halus hanya
tertutup bra coklat muda yang lembut.
Aku semakin tegang hingga harus mengatur gejolak birahi dengan mengatur
pernafasanku, aku terus mempermainkan tubuh dan perasaan gadis itu,
kuperlakukan Kimberly dengan halus, lembut, dan tidak terburu-buru, hal ini
membuat Kimberly makin penasaran dan makin bernafsu, mungkin itu yang membuat
gadis itu pasrah saat tanganku menyusup ke belakang, dan membuka kancing branya.
Tanganku mulai menyusup di bagian dada yang menonjol di bawah bra gadis itu,
terasa kenyal dan padat di tanganku.
"Aaahh.. Uuuhh. ooohh", Kimberly menggelinjang gelinjang geli dan
nikmat, jemari itu menari dan mengusap lembut di atas buah dadanya yang mulai
berkembang lembut dan putih, seraya terus berpagutan. Dia merasa semakin
nikmat, geli dan melambungkan angan-angannya.
Ujung jariku mulai mempermainkan puting susunya yang masih kecil dan kemerahan
itu dengan sangat hati-hati. "Kak.. Aaahh.. uuhh.. ahh". Kimberly
mulai menunjukkan tanda-tanda terangsang hingga berusaha ikut membuka kancing
bajuku, agak susah, tapi dia berhasil. Tangannya menyusup kebalik baju dan
mengelus dadaku, sementara birahinya makin memuncak. "Ngghh.. ", pokeknya
yang basah semakin membuatnya nikmat, pikirku. Kimberly menurut ketika badannya
diangkat sedikit, dibiarkannya baju dan branya kutanggalkan, lalu dilempar ke
samping tempat tidur.
Sekarang tubuh bagian atasnya tidak tertutup apapun, dia tampak tertegun dan
risih sejenak, saat mataku menelusuri lekuk tubuhnya. Di sisi lain dia merasa
kagum dengan dua gunung indah yang masih perawan yang menyembul di atas
dadanya, belum pernah terjamah oleh siapapun selain dirinya sendiri. Sedangkan
aku tertegun sejenak melihat pemandangan di depan mataku, birahiku bergejolak
kembali, aku berusaha mengatur pernafasan, karena tidak ingin melepaskan nafsu
binatangku hingga menyakiti perasaan gadis cantik yang tergolek pasrah di
depanku ini.
Aku mulai mengulum buah dada gadis itu perlahan, terasa membusung lembut, putih
dan kenyal. Diperlakukan seperti itu Kimberly menggelinjang, "Ahh..
uuuhh.. aaahh". Pengalaman pertamanya ini membuat angan-angannya terbang
tinggi. Buah dadanya yang putih, lembut, dan kenyal itu terasa nikmat kuhisap
lembut, tarian lidah diputing susunya yang kecil kemerahan itu mulai berdiri
dan mengeras.
"Aaahh..!", dia merintih geli dan makin mendekap kepalaku, pokeknya
mungkin kini terasa membanjir. Birahinya semakin memuncak. "Kak.. ahh,
terus Kak.. ahh.. Uhh", rintihnya makin panjang. Aku terus mempermainkan
buah dada gadis lugu itu dengan bibir dan lidahku, sambil membuka kancing
bajuku sendiri satu persatu, kemudian baju itu kutanggalkan, terlihat dadaku
yang bidang dan atletis.
Kembali ujung bibirnya kukulum, terasa geli dan nikmat. Saat Kimberly akan
membalas memagutnya, telapak tangannya kupegang dan kubimbing naik ke atas
kepalanya. Aku mulai mencium dan menghisap lembut, dan menggigit kecil tangan
kanannya, mulai dari pangkal lengan, siku sampai ujung jarinya diisap-isap.
Membuatnya bertambah geli dan nikmat. "Geli.. ahh.. ohh!"
Perasaannya melambung kembali, ketika buah dadanya dikulum, dijilati dan
dihisap lembut. "Uuuhh.!", dia makin mendekapkan kepalaku, itu akan
membuat pokeknya geli, membuat birahinya semakin memuncak.
"Kak.. ahh, terus kak.. ahh.. ssst.. uhh", dia merintih rintih dan
menggelinjang, sesekali kakinya menekuk ke atas, hingga roknya tersingkap.
Sambil terus mempermainkan buah dada gadis itu. aku melirik ke paha mulus,
indah terlihat di antara rok yang tersingkap. Darahku berdesir, kupindahkan
tanganku dan terus menari naik turun antara lutut dan pangkal paha putih mulus,
masih tertutup celana yang membasah, Aku merasakan birahi Kimberly semakin
memuncak. Aku terus mempermainkan buah dada gadis itu.
"Kak.. ahh, terus Kak.. ahh.. uhh", terdengar gadis itu merintih
panjang. Aku dengan pelan dan pasti mulai membuka kancing, lalu menurunkan
retsleting rok abu-abu itu, seakan Kimberly tidak peduli dengan tindakanku itu.
Rangsangan yang membuat birahinya memuncak membuatnya bertekuk lutut, menyerah.
"Jangan Kak.. aahh", tapi aku tidak peduli, bahkan kemudian Kimberly
malah membantu menurunkan roknya sendiri dengan mengangkat pantatnya. Aku
tertegun sejenak melihat tubuh putih mulus dan indah itu. Kemudian badan gadis
itu kubalikkan sehingga posisinya tengkurap, bibirku merayap ke leher belakang
dan punggung.
"Uuuhh", ketika membalikkan badan, Kimberly melihat sesuatu yang
menonjol di balik celana dalamku. Dia kaget, malu, tapi ingin tahu.
"Aaahh". Kimberly mulai merapatkan kakinya, ada perasaan risih
sesaat, kemudian hilang kalah oleh nafsu birahi yang telah menyelimuti
perasaannya. "Ahh..", dia diam saja saat aku kembali mencium
bibirnya, membimbing tangannya ke bawah di antara pangkal paha, dia kini
memegang dan merasakan serdadu yang keras bulat dan panjang di balik celanaku,
sejenak Kimberly sejenak mengelus-elus benda yang membuat hatinya penasaran,
tapi kemudian dia kaget dan menarik tangannya.
"Aaahh", Kimberly tak kuberikan kesempatan untuk berfikir lain,
ketika mulutku kembali memainkan puting susu mungil yang berdiri tegak dengan
indahnya di atas tonjolan dada. Pokeknya terasa makin membanjir, hal ini
membuat birahinya makin memuncak. "Ahh.. ahh.. teruuus.. ahh.. uhh",
sambil terus memainkan buah dadanya, tanganku menari naik turun antara lutut
dan pangkal pahanya yang putih mulus yang masih tertutup celana. Tanpa
disadarinya, karena nikmat, tanganku mulai menyusup di bawah celana dalamnya
dan mengusap-usap lembut bawah pusar yang mulai ditumbuhi rambut, pangkal paha,
dan pantatnya yang kenyal terbentuk dengan indahnya bergantian.
"Teruuuss.. aaahh.. uuuhh", karena geli dan nikmat Kimberly mulai
membuka kakinya, jari-jari Rene yang nakal mulai menyusup dan mengelus pokeknya
dari bagian luar celana, birahinya memuncak sampai kepala.
"Ahh.. terus.. ahh.. ohh", gadis itu kaget sejenak, kemudian kembali
merintih rintih. Melihat Kimberly menggelinjang kenikmatan, tanganku mencoba
mulai menyusup di balik celana melalui pangkal paha dan mengelus-elus dengan
lembut pokeknya yang basah lembut dan hangat. Kimberly makin menggelinjang dan
birahinya makin membara. "Ahh.. teruusss ooh", Kimberly merintih
rintih kenikmatan.
Aku tahu gadis itu hampir mencapai puncak birahi, dengan mudah tanganku mulai
beraksi menurunkan celana dalam gadis itu perlahan. Benar saja, Kimberly
membiarkannya, sudah tidak peduli lagi bahkan mengangkat pantat dan kakinya,
sehingga celana itu terlepas tanpa halangan.
Tubuh gadis itu kini tergolek bugil di depan mataku, tampak semakin indah dan
merangsang. Pangkal pahanya yang sangat bagus itu dihiasi bulu-bulu lembut yang
mulai tumbuh halus. Pokeknya tampak kemerahan dan basah dengan puting pokek
mungil di tengahnya. Aku terus memainkan puting susu yang sekarang berdiri
tegak sambil terus mengelus bibir pokek makin membanjir. "Kak.. ahh, terus
Kak.. ahh.. uhh".
Pokek yang basah terasa geli dan gatal, nikmat sampai ujung kepala. "Kak..
aahh", Kimberly tak tahan lagi dan tangannya menyusup di bawah celana
dalamku dan memegang serdadu yang keras bulat dan panjang itu. Kimberly tidak
merasa malu lagi, bahkan mulai mengimbangi gerakanku.
Aku tersenyum penuh kemenangan melihat tindakan gadis itu, secara tidak
langsung gadis itu meminta untuk bertindak lebih jauh lagi. Aku melepas celana
dalamku, melihat serdaduku yang besar dan keras berdiri tegak dengan gagahnya,
mata gadis itu terbelalak kagum.
Sekarang kami tidak memakai penutup sama sekali. Kimberly kagum sampai mulutnya
menganga melihat serdadu yang besar dan keras berdiri tegak dengan gagahnya,
baru pertama kali dia melihat benda itu. Pokeknya pasti sudah sangat geli dan
gatal, dia tidak peduli lagi kalau masih perawan, kemudian telentang dan
pelan-pelan membuka leber-lebar pahanya.
Sejenak aku tertegun melihat pokek yang bersih kemerahan dan dihisi bulu-bulu
yang baru tumbuh, lubang pokeknya tampak masih tertutup selaput perawan dengan
lubang kecil di tengahnya.
Kimberly hanya tertegun saat aku berada di atasnya dengan serdadu yang tegak
berdiri. Sambil bertumpu pada lutut dan siku, bibirku melumat, mencium, dan
kadang menggigit kecil menjelajahi seluruh tubuhnya. Kuluman di puting susu
yang disertai dengan gesekan-gesekan ujung burung ke bibir pokeknya kulakukan
dengan hati-hati, makin membasah dan nikmat tersendiri. "Kak.. ahh, terus
ssts.. ahh.. uhh", birahinya memuncak bisa-bisa sampai kepalanya terasa
kesemutan, dipegangnya serdaduku. "Ahh" terasa hangat dan kencang.
"Kak.. ahh!", dia tak dapat lagi menahan gejolak biraninya,
membimbing serdaduku ke lubang pokeknya, dia mulai menginginkan serdaduku
menyerang ke lubang dan merojok pokeknya yang terasa sangat geli dan gatal.
"Uuuhh.. aaahh", tapi aku malah memainkan topi baja serdaduku sampai
menyenggol-nyenggol selaput daranya. "Ooohh Kak masukkan ahh", gadis
itu sampai merintih rintih dan meminta-minta dengan penuh kenikmatan.
Dengan hati-hati dan pelan-pelan aku terus mempermainkan gadis itu dengan
serdaduku yang keras, hangat tapi lembut itu menyusuri bibir pokek. "Ooohh
Kak masukkan aaahh", di sela rintihan nikmat gadis itu, setelah kulihat
puting susunya mengeras dan gerakannya mulai agak lemas, serdadu mulai
menyerang masuk dan menembus selaput daranya, Sreetts "Aduuhh..
aahh", tangannya mencengkeram bahuku. Dengan begitu, Kimberly hanya merasa
lubang pokeknya seperti digigit nyamuk, tidak begitu sakit, saat selaput dara
itu robek, ditembus serdaduku yang besar dan keras. Burungku yang terpercik
darah perawan bercampur lendir pokeknya terus masuk perlahan sampai
setengahnya, ditarik lagi pelan-pelan dan hati-hati. "Ahh", dia
merintih kenikmatan.
Aku tidak mau terburu-buru, aku tidak ingin lubang pokek yang masih agak seret
itu menjadi sakit karena belum terbiasa dan belum elastis. Burung itu masuk
lagi setengahnya dan.. Sreeets "Ohh..", kali ini tidak ada rasa
sakit, Kimberly hanya merasakan geli saat dirasakan burung itu keluar masuk
merojok pokeknya. Kimberly menggelinjang dan mengimbangi gerakan dan mendekap
pinggangnya.
"Kak.. ahh, terus Kak.. ohh.. uhh", serdaduku terus menghunjam
semakin dalam. Ditarik lagi, "Aaahh", masuk lagi. "Ahh, terus…
ahh.. uhh", lubang pokek itu makin lama makin mengembang, hingga burung
itu bisa masuk sampai mencapai pangkalnya beberapa kali. Kimberly merasakan
nikmat birahinya memuncak di kepala, perasaannya melayang di awan-awan,
badannya mulai bergeter getar dan mengejang, dan tak tertahankan lagi.
"Aaahh, ooohh, aaahh" pokeknya berdenyut-denyut melepas nikmat. Dia
telah mencapai puncak orgasme, kemudian terlihat lega yang menyelimuti dirinya.
Melihat Kimberly sudah mencapai orgasme, aku kini melepas seluruh rasa birahi
yang tertahan sejak tadi dan makin cepat merojok keluar masuk lubang pokek Kimberly,
"Kak.. ahh.. ssst.. ahh.. uhh", Kimberly merintih dan merasakan
nikmat birahinya memuncak kembali. Badannya kembali bergetar dan mengejang,
begitu juga denganku.
"Ahh.. oohh.. ohh.. aaaahh!", kami merintih rintih panjang menuju
puncak kenikmatan. Dan mereka mencapai orgasme hampir bersamaan, terasa serdadu
menyemburkan air mani hangat ke dalam pokek gadis itu yang masih berdenyut
nikmat.
Aku mengeluarkan serdadu yang terpercik darah perawan itu pelan-pelan,
berbaring di sebelah Kimberly dan memeluknya supaya Kimberly merasa aman, dia
tampak merasa sangat puas dengan pelajaran tahap awal yang kuberikan.
"Bagaimana kalau Kimberly hamil Kak", katanya sambil sudut matanya
mengeluarkan air mata.
Sesaat kemudian aku dengan sabar menjelaskan bahwa Kimberly tidak mungkin
hamil, karena tidak dalam masa siklus subur, berkat pengalamanku menganalisa
kekentalan lendir yang keluar dari pokek dan siklus menstruasinya.
Kimberly semakin merasa lega, aman, merasa disayang. Kejadian tadi bisa
berlangsung karena merupakan keinginan dan kerelaannya juga. Diapun bisa
tersenyum puas dan menitikkan air mata bahagia, kemudian tertidur pulas
dipelukanku yang telah menjadikannya seorang perempuan.
Bangun tidur, Kimberly membersihkan badan di kamar mandi. Selesai mandi dia
kembali ke kamar, dilepasnya handuk yang melilit tubuhnya, begitu indah dan
menggairahkan sampai-sampai aku tak berkedip memandangnya. Diambilnya pakaian
yang berserakan dan dikenakannya kembali satu persatu. Kemudian dia pamit
pulang dan mencium pipiku yang masih berbaring di tempat tidur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar