LYRA VIRNA
“Kocokkan
maut dari Pokek Lyra yang berlendir”
Aku mengikuti Mbak Lyra dari belakang menuju ke kamarnya. Baru
pertama kali ini aku masuk ke kamar Mbak kosku itu. Kamarnya cukup luas dengan
kamar mandi di dalam, kasur pegas lengkap dengan ranjang model eropa. Di
sebelahnya ada meja rias, lemari pakaian dan meja kerja suaminya. Kamar yang indah.
“Ini minyaknya”, Kak Lyra menyerahkan sebotol minyak khusus buat memijat.
Minyak yang harum, pikirku. Aku emang belum pernah mijat tapi saat ini aku harus bisa. Mbak Lyra kemudian membuka dasternya, hanya tinggal kutang dan celana dalam hitam yang terbuat dari sutera. Melihat pemandangan ini aku hanya bisa melongok takjub, tubuhnya yang putih mulus tepat berdiri di hadapanku.
“Ini minyaknya”, Kak Lyra menyerahkan sebotol minyak khusus buat memijat.
Minyak yang harum, pikirku. Aku emang belum pernah mijat tapi saat ini aku harus bisa. Mbak Lyra kemudian membuka dasternya, hanya tinggal kutang dan celana dalam hitam yang terbuat dari sutera. Melihat pemandangan ini aku hanya bisa melongok takjub, tubuhnya yang putih mulus tepat berdiri di hadapanku.
“Ayo mo mijit ga? Jangan bengong gitu”.
Aku terhentak kaget. Aku lupa kalo saat itu aku mo mijit dia. Akhirnya dia berbaring telungkup dia atas kasur. Aku mulai melumuri punggungnya dengan minyak tersebut. Aku mulai memijit dengan lembut. Kulitnya lembut sekali selembut sutera, kayanya dia sering melakukan perawatan tubuh, pikirku dalam hati.
“Ahh.. enak juga pijatanmu Sam, aku suka.. lembut sekali. ”
Aku memijat dari bahunya sampai mendekati pantat, berulang-ulang terus.
“Sam, tolong buka kutangku. Tali kutangnya ga nyaman, ganggu pijatannya” katanya menyuruh aku tuk membuka kutangnya.
Aku membuka tali kutangnya dan Mbak Lyra kemudian melepas kutangnya. Sesekali aku memijat sambil menggelitik daerah belakang telinganya.
“Ssshh.. ahh..” dia mendesah apabila daerah belakang telinganya kugelitik dan apabila lehernya kupijat dengan halus.
“Sam, tolong pijat juga kakiku ya..” katanya.
Aku terhentak kaget. Aku lupa kalo saat itu aku mo mijit dia. Akhirnya dia berbaring telungkup dia atas kasur. Aku mulai melumuri punggungnya dengan minyak tersebut. Aku mulai memijit dengan lembut. Kulitnya lembut sekali selembut sutera, kayanya dia sering melakukan perawatan tubuh, pikirku dalam hati.
“Ahh.. enak juga pijatanmu Sam, aku suka.. lembut sekali. ”
Aku memijat dari bahunya sampai mendekati pantat, berulang-ulang terus.
“Sam, tolong buka kutangku. Tali kutangnya ga nyaman, ganggu pijatannya” katanya menyuruh aku tuk membuka kutangnya.
Aku membuka tali kutangnya dan Mbak Lyra kemudian melepas kutangnya. Sesekali aku memijat sambil menggelitik daerah belakang telinganya.
“Ssshh.. ahh..” dia mendesah apabila daerah belakang telinganya kugelitik dan apabila lehernya kupijat dengan halus.
“Sam, tolong pijat juga kakiku ya..” katanya.
Aku mulai meminyaki kakinya yang panjang dan ramping. Sungguh kaki
yang indah. Putih, bersih, mulus, tanpa cacat dengan sedikit bulu-bulu halus di
betis. Pikiranku mulai omes, aku sedikit kehilangan konsentrasi ketika memijat
bagian kakinya.
“Sam, tolong pijat sampai ke pangkal paha ya..” plyraya sambil memejamkan mata.
Ketika tanganku memijat bagian pangkal pahanya, dia memejamkan mata sambil mendesah seraya menggigit bibir pertanda dia mulai “panas” akibat pijatanku. Aku mulai nakal dengan memijat-mijat sambil sesekali menggelitik daerah-daerah sensitifnya seperti leher dan pangkal pahanya. Dia mulai menggeliat tak karuan yang membuat kejantananku berontak dengan keras di celana dalamku.
“Sam, tolong pijat sampai ke pangkal paha ya..” plyraya sambil memejamkan mata.
Ketika tanganku memijat bagian pangkal pahanya, dia memejamkan mata sambil mendesah seraya menggigit bibir pertanda dia mulai “panas” akibat pijatanku. Aku mulai nakal dengan memijat-mijat sambil sesekali menggelitik daerah-daerah sensitifnya seperti leher dan pangkal pahanya. Dia mulai menggeliat tak karuan yang membuat kejantananku berontak dengan keras di celana dalamku.
Tiba-tiba dia berkata, “Sam, bisa mijit daerah yang lain ga?”
“Daerah yang mana kak?”
Tiba-tiba dia membalikkan badannya seraya membimbing kedua tanganku ke atas payudaranya. Posisi badannya sekarang adalah telentang. Dia hampir telanjang kaklat, hanya tinggal segitiga pengamannya saja yang belum terlepas dari tempatnya. Aku tertegun melihat pemandangan itu. Payudaranya yang indah membulat menantang seperti sepasang gunung kembar lengkap dengan puncaknya yang kecoklatan. Aku meremasnya dengan lebut sambil sesekali melakukan “summit attack” dengan jari jemariku mempermainkan putingnya. Seperti memutar tombol radio ketika mencari gelombang.
“Daerah yang mana kak?”
Tiba-tiba dia membalikkan badannya seraya membimbing kedua tanganku ke atas payudaranya. Posisi badannya sekarang adalah telentang. Dia hampir telanjang kaklat, hanya tinggal segitiga pengamannya saja yang belum terlepas dari tempatnya. Aku tertegun melihat pemandangan itu. Payudaranya yang indah membulat menantang seperti sepasang gunung kembar lengkap dengan puncaknya yang kecoklatan. Aku meremasnya dengan lebut sambil sesekali melakukan “summit attack” dengan jari jemariku mempermainkan putingnya. Seperti memutar tombol radio ketika mencari gelombang.
Ia mulai menggelinjang tak karuan.
“Ahh.. oohh.. sshh”, dia mendesah sambil membenamkan kepalaku menuju payudaranya.
“Sam.. Jilatin payudaraku Sam.. cepat..”.
Aku mengabulkan permintaannya dengan memainkan lidahku diatas putingnya. Lidahku bergerak sangat cepat mempermainkan putingnya secara bergantian seperti penari samba yang sedang bergoyang di atas panggung.
“Oohh.. yyess.. uukkhh..” Dia terus mendesah sambil mencengkramkan tangannya di pundakku.
Dia memeluku dengan erat. Semakin cepat aku meminkan lidahku semakin keras desahannya. Lidahku mulai naik ke daerah leher dan bergerilya di sana. Bergerak terus ke belakang telinga sambil tanganku memainkan putingnya. Dia terus mendesah dan dengan sangat terlatih membuka baju dan celanaku. Sekarang yang kupakai hanya celana dalam yang menutupi rudal Scud-ku. Kami mulai berpelukan dan berciuman dengan ganasnya. Ternyata dia sangat ahli dalam mencium. Bibirnya yang lembut dan lidah kami yang saling berpagutan membuatku serasa melayang seperti lalat.
“Ahh.. oohh.. sshh”, dia mendesah sambil membenamkan kepalaku menuju payudaranya.
“Sam.. Jilatin payudaraku Sam.. cepat..”.
Aku mengabulkan permintaannya dengan memainkan lidahku diatas putingnya. Lidahku bergerak sangat cepat mempermainkan putingnya secara bergantian seperti penari samba yang sedang bergoyang di atas panggung.
“Oohh.. yyess.. uukkhh..” Dia terus mendesah sambil mencengkramkan tangannya di pundakku.
Dia memeluku dengan erat. Semakin cepat aku meminkan lidahku semakin keras desahannya. Lidahku mulai naik ke daerah leher dan bergerilya di sana. Bergerak terus ke belakang telinga sambil tanganku memainkan putingnya. Dia terus mendesah dan dengan sangat terlatih membuka baju dan celanaku. Sekarang yang kupakai hanya celana dalam yang menutupi rudal Scud-ku. Kami mulai berpelukan dan berciuman dengan ganasnya. Ternyata dia sangat ahli dalam mencium. Bibirnya yang lembut dan lidah kami yang saling berpagutan membuatku serasa melayang seperti lalat.
Dia mulai menciumi leherku dan sesekali menggigit kupingku. Aku
semakin rakus dengan menjilatinya dari mulai leher sampai ujung kaki.
“Aahh..”, aku mendesah ketika tangannya menyusup ke markasku mencari rudalku, mengenggamnya dan mengocoknya dengan tangannya yang lembut.
Dengan bantuan kakinya dia menarik celana dalamku sehingga celana dalamku terlepas. Aku telah telanjang bulat. Terlihat seorang prajurit lengkap dengan topi bajanya berdiri tegak siap untuk melaksanakan tugas yang diberikan oleh atasannya.
“Oohh.. auhh.. sshh..”, dia terus memainkan prajuritku dengan tangannya.
“Aahh..”, aku mendesah ketika tangannya menyusup ke markasku mencari rudalku, mengenggamnya dan mengocoknya dengan tangannya yang lembut.
Dengan bantuan kakinya dia menarik celana dalamku sehingga celana dalamku terlepas. Aku telah telanjang bulat. Terlihat seorang prajurit lengkap dengan topi bajanya berdiri tegak siap untuk melaksanakan tugas yang diberikan oleh atasannya.
“Oohh.. auhh.. sshh..”, dia terus memainkan prajuritku dengan tangannya.
Tanganku mulai membuka celana dalamnya yang telah basah oleh cairan
pelumas yang keluar dari dalam lobang Pokeknya. Terlihat sebuah pemandangan
yang indah ketiga segitiga pengaman itu terlepas. Sebuah pemandangan yang
sangat indah di daerah selangkangan. Jembutnya yang rapi terurus dan Pokeknya
yang berwarna merah muda membuat darahku mendesir dan kejantananku semakin
menegang.
“Oohh.. nikmaatt.. truss..”, dia berkata sambil mendesah ketika lidahku menggelitik daging kecil di atas lobang Pokeknya.
“Oohh.. sshh.. Yess.. truuss..”
Semakin cepat aku memainkan lidahku semakin cepat juga dia mengocok kontolku. Aku terus mempercepat ritme lidahku, badannya semakin bergerak tak terkontrol. Tanpa sadar tangannya membenamkan kepalaku ke selangkangannya, aku hampir tak bisa bernapas. Aku mencium aroma khas Pokek yang harum yang membuat lidahku terus menjilati klitorisnya.
“Ohh.. Ssshh.. Ukhh”, dia terus mendesah.
“Sam.. ahh.. lebih cepat.. ukhh.. aku mo keluar nih..”
“Ahh..”, terdengar lenguhan panjang dari bibirnya yang mungil.
“Aukhh..”, tiba-tiba badannya menegang hebat.
“Oohh.. nikmaatt.. truss..”, dia berkata sambil mendesah ketika lidahku menggelitik daging kecil di atas lobang Pokeknya.
“Oohh.. sshh.. Yess.. truuss..”
Semakin cepat aku memainkan lidahku semakin cepat juga dia mengocok kontolku. Aku terus mempercepat ritme lidahku, badannya semakin bergerak tak terkontrol. Tanpa sadar tangannya membenamkan kepalaku ke selangkangannya, aku hampir tak bisa bernapas. Aku mencium aroma khas Pokek yang harum yang membuat lidahku terus menjilati klitorisnya.
“Ohh.. Ssshh.. Ukhh”, dia terus mendesah.
“Sam.. ahh.. lebih cepat.. ukhh.. aku mo keluar nih..”
“Ahh..”, terdengar lenguhan panjang dari bibirnya yang mungil.
“Aukhh..”, tiba-tiba badannya menegang hebat.
Kedua tangannya menggenggam kepalaku dengan erat dan Pokeknya
semakin basah oleh cairan yang keluar. Dia mengalami orgasme klitoris, yaitu
orgasme yang dihasilkan akibat perlakuan pada kelentitnya.
“Sam, nikmat sekali.. Aku tak menyangka kamu pandai bersilat lidah”, katanya sambil napasnya terengah-engah.
Ketika aku siap untuk menembakkan rudalku, tiba-tiba ia berkata, “Sam, aku punya sebuah permainan untukmu”.
“Permainan apa?” tanyaku.
“Pokoknya kamu ikut aja, permainan yang mengasyikkan. Mau?” tanyanya.
“Oke..”, jawabku.
“Sam, nikmat sekali.. Aku tak menyangka kamu pandai bersilat lidah”, katanya sambil napasnya terengah-engah.
Ketika aku siap untuk menembakkan rudalku, tiba-tiba ia berkata, “Sam, aku punya sebuah permainan untukmu”.
“Permainan apa?” tanyaku.
“Pokoknya kamu ikut aja, permainan yang mengasyikkan. Mau?” tanyanya.
“Oke..”, jawabku.
Dia mengambil sebuah slayer dan menutup mataku, kemudian menyuruhku
berbaring terlentang dan mengikut kedua tanganku dengan selendang yang telah ia
siapkan. Kedua tanganku dan kakiku diikat ke empat penjuru ranjang sehingga aku
tak bisa bergerak. Yang bisa aku gerakkan cuma pinggulku dan lidahku. Aku pun
tak bisa melihat apa yang dia lakukan padaku karena mataku tetutup oleh slayer
yang dia ikatkan. Aku seperti seorang tawanan. Aku hanya bisa merasakan saja.
Tiba-tiba aku merasakan lidahnya mulai bergerilya dari mulai ujung kakiku. Trus
bergerak ke pangkal paha.
“Ahh”, aku mendesah kecil.
Lidahnya terus bergerak ke ke atas menuju perutku, terus menjilati daerah dadaku.
“Oohh.. Ssshh..”, aku mulai mendesah keenakan. Lidahnya terus naik ke leherku dan mencium bibirku. Kemudian lidahnya mulai turun kembali.
“Ohh.. yyeess.. uukkhh..”, aku mendesah hebat ketika lidahnya bermain di daerah antara lubang anus dan biji pelerku.
“Aahh..”, aku terus mendesah ketika dia mulai menjilati batang kemaluanku dari mulai pangkal sampai kepalanya, terus menerus, membuat tubuhku berkeringat hebat menahan rasa yang amat
“Ahh”, aku mendesah kecil.
Lidahnya terus bergerak ke ke atas menuju perutku, terus menjilati daerah dadaku.
“Oohh.. Ssshh..”, aku mulai mendesah keenakan. Lidahnya terus naik ke leherku dan mencium bibirku. Kemudian lidahnya mulai turun kembali.
“Ohh.. yyeess.. uukkhh..”, aku mendesah hebat ketika lidahnya bermain di daerah antara lubang anus dan biji pelerku.
“Aahh..”, aku terus mendesah ketika dia mulai menjilati batang kemaluanku dari mulai pangkal sampai kepalanya, terus menerus, membuat tubuhku berkeringat hebat menahan rasa yang amat
sangat nikmat.
“Panjang juga ya punya kamu”, Mbak Lyra berkata padaku seraya
mengulum penisku masuk ke dalam mulutnya.
“Ahh.. eenaakk.. sshh”, aku mendesah ketika batang kejantananku mulai keluar masuk mulutnya.
Sesekali dia menghisapnya dengan lembut. Dia terus mengulum penisku dan semakin lama semakin cepat. Dia memang ahli, pikirku. Tidak seperti kuluman pacarku yang masih minim pengalaman. Mbak Lyra merupakan pengulum yang mahir.
“Aahh.. ahh.. ah.. aahh.. sshh.. teruss”, aku memlyraya supaya mempercepat kulumannya. Ingin rasanya menerkam dia dan menembakkan rudalku tapi apa daya kedua kaki dan tanganku terikat dengan mataku tertutup.
“Ahh.. eenaakk.. sshh”, aku mendesah ketika batang kejantananku mulai keluar masuk mulutnya.
Sesekali dia menghisapnya dengan lembut. Dia terus mengulum penisku dan semakin lama semakin cepat. Dia memang ahli, pikirku. Tidak seperti kuluman pacarku yang masih minim pengalaman. Mbak Lyra merupakan pengulum yang mahir.
“Aahh.. ahh.. ah.. aahh.. sshh.. teruss”, aku memlyraya supaya mempercepat kulumannya. Ingin rasanya menerkam dia dan menembakkan rudalku tapi apa daya kedua kaki dan tanganku terikat dengan mataku tertutup.
Tiba-tiba ada sesuatu di dalam penisku yang ingin mendesk keluar.
“Ahh.. sshh.. Kak, aku mo keluarr”, kataku
Mendengar itu, semakin cepat ritme kulumannya dan membuatku tak tahan lagi untuk mengeluarkan spermaku.
“Aaahh..”, aku mengerang hebat dan tubuhku mengejang serta gelap sesaat ketika cairan itu mendesak keluar dan muncat di dalam mulut Kak Lyra.
Aku seperti melayang ke awang-awang, rasanya nikmat sekali ingin aku teriak enak.
“Enak juga punyamu Sam, protein tinggi”, katanya seraya menjiltai sperma yang tumpah.
“Ahh.. sshh.. Kak, aku mo keluarr”, kataku
Mendengar itu, semakin cepat ritme kulumannya dan membuatku tak tahan lagi untuk mengeluarkan spermaku.
“Aaahh..”, aku mengerang hebat dan tubuhku mengejang serta gelap sesaat ketika cairan itu mendesak keluar dan muncat di dalam mulut Kak Lyra.
Aku seperti melayang ke awang-awang, rasanya nikmat sekali ingin aku teriak enak.
“Enak juga punyamu Sam, protein tinggi”, katanya seraya menjiltai sperma yang tumpah.
Tiba-tiba aku tak merasakan apa-apa. Tak lama kemudian aku mencium
aroma khas Pokek di depan hidungku. Ternyata Kak Lyra meletakkan Pokeknya tepat
di mulutku dan dengan cepat aku mulai memainkan lidahku.
“Sshh.. truuss.. ahh.. eennaakk..”, ia mendesah ketika lidahku memainkan kembali daging kecil miliknya. Semakin ia mendesah semakin aku terangsang.
Tak lama kemudian prajurit kecilku kembali menegang hebat.
“Aahh.. sshh.. Ukkhh.. yess”, ia semakin hebat mendesah membuat rudalku telah mencapai ereksi yang maksimal akibat desahannya yang erotis.
Lama kelamaan vaginya semakin basah kuyup oleh cairan yang keluar akibat terangsang hebat.
“Aku ga tahan lagi Sam”, katanya seraya mengangkat Pokeknya dari mulutku.
“Sshh.. truuss.. ahh.. eennaakk..”, ia mendesah ketika lidahku memainkan kembali daging kecil miliknya. Semakin ia mendesah semakin aku terangsang.
Tak lama kemudian prajurit kecilku kembali menegang hebat.
“Aahh.. sshh.. Ukkhh.. yess”, ia semakin hebat mendesah membuat rudalku telah mencapai ereksi yang maksimal akibat desahannya yang erotis.
Lama kelamaan vaginya semakin basah kuyup oleh cairan yang keluar akibat terangsang hebat.
“Aku ga tahan lagi Sam”, katanya seraya mengangkat Pokeknya dari mulutku.
Dia memindahkan Pokeknya dari mulutku dan entah kemana dia
memindahkannya karena mataku tertutup oleh slayer yang dia ikatkan kepadaku.
Tiba-tiba aku merasakan kemaluanku digenggam oleh tangannya dan dituntun untuk
masuk ke dalam sutau lubang hangat sempit dan basah oleh cairan pelumas. Ahh..
baru pertama kali ini aku merasakan nikmatnya Pokek. Meskipun Mbak Lyra bukan
perawan tapi yang kurasakan sempit juga juga Pokeknya. Dengan perlahan Mbak
Lyra mulai membenamkan kemaluanku ke dalam Pokeknya sehingga seluruh kemaluanku
habis ditelan oleh Pokeknya. Aku merasakan nikmat dan geli yang luar biasa
ketika kemaluanku masuk ke dalam Pokeknya. Posisiku telentang dengan Kak Lyra
duduk di atas kemaluanku persis seperti seorang koboi yang sedang bermain
rodeo.
Dengan perlahan tapi pasti, Mbak Lyra mulai memainkan pinggulnya
naik turun secara perlahan.
“Aaahh.. uuhh”, desahku ketika Mbak Lyra memainkan pinggulnya naik turun secara perlahan dan sesekali memutarkan pinggulnya. Itu membuat diriku seperti melayang ke udara. Aku pun mulai menggoyangkan pantatku naik turun.
“Sam.. giillaa.. enaakk ssekali..”, teriak Kak Lyra.
Aku tak mampu untuk berkata-kata lagi. Aku hanya bisa mendesah dan mendesah. Lama kelamaan Mbak Lyra mulai mempercepat ritme goyangannya, naik turun dan sesekali memutarkan pinggulnya.
“Aaahh.. uuhh”, desahku ketika Mbak Lyra memainkan pinggulnya naik turun secara perlahan dan sesekali memutarkan pinggulnya. Itu membuat diriku seperti melayang ke udara. Aku pun mulai menggoyangkan pantatku naik turun.
“Sam.. giillaa.. enaakk ssekali..”, teriak Kak Lyra.
Aku tak mampu untuk berkata-kata lagi. Aku hanya bisa mendesah dan mendesah. Lama kelamaan Mbak Lyra mulai mempercepat ritme goyangannya, naik turun dan sesekali memutarkan pinggulnya.
Tak mau kalah, aku pun mulai mempercepat sosamkanku.
“oohh.. yess.. ohh..”, desah Mbak Lyra.
“Ahh.. uhh.. goyang terruss kaku”, kataku.
“Enaakk.. Samo.. tolong cepetin sosamkanmu Sam..”, katanya.
Sosamkanku semakin cepat dan semakin cepat pula Mbak Lyra menggoyangkan pinggulnya.
“Ohh.. shit.. oohh.. nnikkmmat..”, Mbak Lyra berteriak seraya menjambak rambutku.
“oohh.. yess.. ohh..”, desah Mbak Lyra.
“Ahh.. uhh.. goyang terruss kaku”, kataku.
“Enaakk.. Samo.. tolong cepetin sosamkanmu Sam..”, katanya.
Sosamkanku semakin cepat dan semakin cepat pula Mbak Lyra menggoyangkan pinggulnya.
“Ohh.. shit.. oohh.. nnikkmmat..”, Mbak Lyra berteriak seraya menjambak rambutku.
Dia mulai membuka slayerku. Aku bisa melihat pemandangan yang
sungguh menakjubkan sekaligus menggairahkan di depanku. Tubuh Mbak Lyra yang
bergoyang membuat rambutnya acak-acakan dan seluruh tubuhnya penuh dengan
keringat. Payudaranya yang putih bersih dengan putingnya yang kecoklatan ikut
bergoyang seirama dengan goyangan pinggulnya yang mengocok kemaluanku. Mukanya
yang manis dengan mata yang sesekali merem melek, mulutnya yang mendesah dan
sesekali mengeram serta wajahnya yang dipenuhi keringat membuat ia keliatan
seksi dan menggairahkan.
“Ahh.. shit.. oh.. god.. ohh.. enak..”, desahnya.
Aku melihat Mbak Lyra yang setiap hari terlihat lembut ternyata memiliki sisi yang sangat menggairahkan dan terlihat haus akan sex. Mbak Lyra pandai memainkan ritme goyangannya, kadang dia melambatkan goyangan pinggulnya kadang dengan tiba-tiba mempercepatnya. Aku hanya bisa mengikuti perrmainannya dan aku sangat menikmatinya.
“Ahh.. shit.. oh.. god.. ohh.. enak..”, desahnya.
Aku melihat Mbak Lyra yang setiap hari terlihat lembut ternyata memiliki sisi yang sangat menggairahkan dan terlihat haus akan sex. Mbak Lyra pandai memainkan ritme goyangannya, kadang dia melambatkan goyangan pinggulnya kadang dengan tiba-tiba mempercepatnya. Aku hanya bisa mengikuti perrmainannya dan aku sangat menikmatinya.
“Aaahh..!”, aku berteriak keenakan ketika aku merasakan diantara
goyangannya yang mengocok kemaluanku, Pokeknya seperti menghisap kemaluanku.
“Mampus kamu Sam.. tapi enak kan? Itu namanya “hisapan maut”.. Mbak mempelajarinya melalui senam Keggel..”, katanya sambil memandangku dengan liar.
Aku semakin mempercepat sosamkanku dan Mbak Lyra pun mempercepat goyangannya naik turun dan berputar secara bergantian sesekali dilakukannya hisapan maut yang membuat seluruh tulang dalam tubuhku seperti terlepas dari persendiannya. Mbak Lyra mulai menciumi leherku dan bibirku.
“Mampus kamu Sam.. tapi enak kan? Itu namanya “hisapan maut”.. Mbak mempelajarinya melalui senam Keggel..”, katanya sambil memandangku dengan liar.
Aku semakin mempercepat sosamkanku dan Mbak Lyra pun mempercepat goyangannya naik turun dan berputar secara bergantian sesekali dilakukannya hisapan maut yang membuat seluruh tulang dalam tubuhku seperti terlepas dari persendiannya. Mbak Lyra mulai menciumi leherku dan bibirku.
Kami semain “panas” dan lidah kami saling berpagutan sementara
sosamkan kemaluanku dan goyang pinggulnya semakin lama semakin cepat.
“Uhh.. ahh.. shh.. ahh..”, aku mendesah.
Mbak Lyra semakin ganas menciumiku seraya aku mempercepat sosamkannya. Aku merasakan sesuatu akan keluar mendesak dari penisku.
“Kak Lyra.. ahh.. uhh.. shh.. akkuu mauu kkeluarr..”, kataku.
“Mbak juga.. ahh.. tahann.. kita keluarin sama-sama.. sshh ahh..”.
“Aku ga tahan lagi kak..”.
“Uhh.. ahh.. shh.. ahh..”, aku mendesah.
Mbak Lyra semakin ganas menciumiku seraya aku mempercepat sosamkannya. Aku merasakan sesuatu akan keluar mendesak dari penisku.
“Kak Lyra.. ahh.. uhh.. shh.. akkuu mauu kkeluarr..”, kataku.
“Mbak juga.. ahh.. tahann.. kita keluarin sama-sama.. sshh ahh..”.
“Aku ga tahan lagi kak..”.
Tiba-tiba Mbak Lyra berteriak panjang.
“Aaahh..” sambil memelukku dengan sangat erat.
“Aaahh..”. bersamaan dengannya aku merasakan penisku memuntahkan cairan hangat di dalam Pokeknya.
Kami berciuman dan kurasakan tubuhnya dan tubuhku mengejang hebat menahan kenikmatan yang amat sangat. Gelap sesaat yang diiringi kenikmatan yang luar biasa membuat tubuhku seperti melayang jauh ke awang-awang. Nikmatnya melebihi masturbasi yang sesekali aku lakukan.
“Aaahh..” sambil memelukku dengan sangat erat.
“Aaahh..”. bersamaan dengannya aku merasakan penisku memuntahkan cairan hangat di dalam Pokeknya.
Kami berciuman dan kurasakan tubuhnya dan tubuhku mengejang hebat menahan kenikmatan yang amat sangat. Gelap sesaat yang diiringi kenikmatan yang luar biasa membuat tubuhku seperti melayang jauh ke awang-awang. Nikmatnya melebihi masturbasi yang sesekali aku lakukan.
Kami sama-sama terkulai lemas dengan napas yang terengah-engah
seperti dua olahragawan yang telah balap lari. Mbak Lyra menatapku sambil
tersenyum manis. Aku hanya terdiam menatap langit-langit.
“Sam, kamu nyesel ga ML sama Mbak?”, tanya Mbak Lyra kepadaku.
“Nggak kak..”.
“Terus kenapa kamu termenung begitu?”.
“Aku cuma bingung, aku kan mengeluarkan sperma di dalam Pokek Mbak, aku cuma khawatir nanti Mbak hamil gara-gara saya”
“Ha.. ha.. ha.. jadi itu yang kamu khawatirkan?”
“Iya kak. ”
“Tenang aja, Mbak teratur ko minum pil kb. Jadi kamu ga perlu khawatir?”
“Sam, kamu nyesel ga ML sama Mbak?”, tanya Mbak Lyra kepadaku.
“Nggak kak..”.
“Terus kenapa kamu termenung begitu?”.
“Aku cuma bingung, aku kan mengeluarkan sperma di dalam Pokek Mbak, aku cuma khawatir nanti Mbak hamil gara-gara saya”
“Ha.. ha.. ha.. jadi itu yang kamu khawatirkan?”
“Iya kak. ”
“Tenang aja, Mbak teratur ko minum pil kb. Jadi kamu ga perlu khawatir?”
Apa yang dikatakannya membuatku tenang. Akhirnya kami berbicara
ngalor ngidul. Dan kami juga bercanda dan tertawa. Kami ngobrol dan becanda
dalam keadaan bugil tanpa busana sehelai benang pun menempel di tubuh kami.
“Sam, kamu lapar ga? Mbak lapar”, katanya.
“Iya kak”
“Mbak masakin kamu nasi goreng spesial buatan Mbak ya?”
“Boleh”, jawabku.
“Sam, kamu lapar ga? Mbak lapar”, katanya.
“Iya kak”
“Mbak masakin kamu nasi goreng spesial buatan Mbak ya?”
“Boleh”, jawabku.
Kami berpakaian kembali. Mbak Lyra hanya menggunakan daster putih
tanpa memakai kutang dan celana dalam, sedangkan aku hanya menggunakan celana
pendek saja tanpa menggunakan baju. Aku menunggu di meja makan sambil nonton
MTV dan Mbak Lyra di dapur memasak nasi goreng. Akhirnya nasi goreng pun
selesai di masak dan kami makan bersama-sama di meja makan. Meja makannya cukup
besar, terbuat dari kayu jati dengan motif yang indah. Di sisi lain meja makan
terdapat susu kental manis, teh celup, sebotol madu, tempat sensamk dan garpu,
serbet dan alas makan.
Setelah makan selesai, aku dan Mbak Lyra membersihkan meja makan
bekas kami makan. Kami mulai bercanda-canda lagi. Tanpa sadar aku mulai becanda
sedikit porno dan darahku mulai berdesir melihat ia berpakaian daster tanpa
menggunakan kutang dan celana dalam. Tampak samar-samar putingnya menonjol
seakan ingin merobek daster yang dikenakannya. Bayangan hitam di
selangkangannya (jembut) merupakan pemandangan yang indah.
“Mbak cantik dan seksi pake daster itu”, kataku.
“Kamu ngerayu Mbak ya..”
“Bener lho kak, apalagi ga pake kutang dan celana dalem”
“Ah kamu.. mulai nakal ya”, katanya sambil nyubit pipiku.
“Mbak cantik dan seksi pake daster itu”, kataku.
“Kamu ngerayu Mbak ya..”
“Bener lho kak, apalagi ga pake kutang dan celana dalem”
“Ah kamu.. mulai nakal ya”, katanya sambil nyubit pipiku.
Prajuritku sedikit demi sedikit mulai kembali berdiri tegak. Ini
akibat dari mataku yang selalu tertuju pada gundukan hitam di balik daster Mbak
Lyra.
“Lho.. kok bangun lagi prajurit kecilmu, mo tempur lagi ya”, katanya.
Aku tidak segera menjawab karena tangan Mbak Lyra sudah mulai menyusup ke dalam celanaku yang emang ga make kolor. Dengan lembut ia mulai mengocok penisku.
“Ahh..”, aku mendesah kecil, lalu kami mulai berciuman dengan mesranya.
Tanpa sadar ketika berciuman tangan kami bergerilya dan mulai melucuti pakaian masing-masing. Kami sudah telanjang bulat dan kami masih terus berciuman sementara tangan Mbak Lyra mengocok penisku dengan lembutnya. Hmm.. rasanya nikmat sekali. Tidak tau gimana awalnya tetapi kami sudah berada di atas meja makan, terbaring sambil berciuman. Mbak Lyra dalam posisi telentang dan aku berada di atasnya.
“Lho.. kok bangun lagi prajurit kecilmu, mo tempur lagi ya”, katanya.
Aku tidak segera menjawab karena tangan Mbak Lyra sudah mulai menyusup ke dalam celanaku yang emang ga make kolor. Dengan lembut ia mulai mengocok penisku.
“Ahh..”, aku mendesah kecil, lalu kami mulai berciuman dengan mesranya.
Tanpa sadar ketika berciuman tangan kami bergerilya dan mulai melucuti pakaian masing-masing. Kami sudah telanjang bulat dan kami masih terus berciuman sementara tangan Mbak Lyra mengocok penisku dengan lembutnya. Hmm.. rasanya nikmat sekali. Tidak tau gimana awalnya tetapi kami sudah berada di atas meja makan, terbaring sambil berciuman. Mbak Lyra dalam posisi telentang dan aku berada di atasnya.
Aku mulai menciumi lehernya dan terus bergerak ke belakang telinga.
“Aaahh..”, Mbak Lyra mendesah ketika lidahku mulai bergerak lincah dan menjilati kedua puting susunya secara bergantian sementara tanganku yang lain memainkan klitorisnya.
Pokeknya mulai basah akibat cairan pelumas yang keluar dari lubang kenikmatannya. Tangannya terus mengocok kontolku.
“Sam.. enak.. sshh..”, desahnya sambil memejamkan mata.
Kami mulai berganti posisi, Mbak Lyra yang mengarahkannya. Giliranku telentang dan Mbak Lyra berada di atasku dengan posisi terbalik. Kami melakukan gaya 69. Aku menjilati klitorisnya dengan rakus seperti orang kelaparan yang bertemu makanan sementara Mbak Lyra menghisap kontolku dengan lembut dan sesekali menjilati kepala penisku yang membuat merasa seperti tersengat listrik.
“Uhh.. sshh..”, aku mendesah ketika hisapan Mbak Lyra senakin kuat.
Semakin cepat lidahku menggelitik klentitnya semakin ganas pula dia mengulum penisku.
“Aaahh..”, Mbak Lyra mendesah ketika lidahku mulai bergerak lincah dan menjilati kedua puting susunya secara bergantian sementara tanganku yang lain memainkan klitorisnya.
Pokeknya mulai basah akibat cairan pelumas yang keluar dari lubang kenikmatannya. Tangannya terus mengocok kontolku.
“Sam.. enak.. sshh..”, desahnya sambil memejamkan mata.
Kami mulai berganti posisi, Mbak Lyra yang mengarahkannya. Giliranku telentang dan Mbak Lyra berada di atasku dengan posisi terbalik. Kami melakukan gaya 69. Aku menjilati klitorisnya dengan rakus seperti orang kelaparan yang bertemu makanan sementara Mbak Lyra menghisap kontolku dengan lembut dan sesekali menjilati kepala penisku yang membuat merasa seperti tersengat listrik.
“Uhh.. sshh..”, aku mendesah ketika hisapan Mbak Lyra senakin kuat.
Semakin cepat lidahku menggelitik klentitnya semakin ganas pula dia mengulum penisku.
Aku bangkit dan Mbak Lyra kuposisikan telentang di atas meja dengan
kaki mengangkang. Terlihat dua buah gunung kembar yang sangat indah yang
membuat darahku berdesir hebat. Sementara di selangkangannya terdapat bibir
merah muda yang merekah lengkap dengan bulu-bulunya yang membuat rudalku
semakin mengeras. Aku segera meraih kaleng susu kental manis di sampingku dan
perlahan-lahan mengoleskannya ke seluruh tubuh Mbak Lyra dari mulai leher
sampai dengan ujung kaki. Kemudian aku mengoleskan madu disekitar puting dan
kemaluannya. Aku mulai menjilatinya mulai dari leher. Mbak Lyra hanya bisa
pasrah dengan mata terpejam dan dari mulutnya terdengar desahan kecil. Lidahku
bergerak turun ke arah bahunya, kemudian bergerak menuju payudaranya.
Tubuh Mbak Lyra menggelinjang ketika lidahku menari-nari di atas
puncak gunung kembarnya.
“Sam.. aahh.. sshh.. Mbak ga tahan.. masukin Sam..”, Mbak Lyra meminta aku segera menusukkan penisku ke dalam Pokeknya.
Tapi aku pura-pura tak mendengar. Lidahku mulai bergerilya lagi menjilati semua susu kental yang menempel di tubuhnya. Lidah mulai bergerak lagi ke arah perut. Lalu aku mulai menjilati dari ujung kaki Mbak Lyra, naik ke betis terus ke pangkal paha. Ketika lidahku menjilati cairan madu yang membasahi sekitar kemaluan dan klitorisnya, Mbak Lyra menggelinjang hebat dan tanpa sadar semakin membenamkan kepalaku ke Pokeknya. Semakin ganas aku menjilati madu yang ada di klitorisnya, semakin tak terkendali juga tubuh Mbak Lyra menggelinjang.
“Sam.. aahh.. sshh.. Mbak ga tahan.. masukin Sam..”, Mbak Lyra meminta aku segera menusukkan penisku ke dalam Pokeknya.
Tapi aku pura-pura tak mendengar. Lidahku mulai bergerilya lagi menjilati semua susu kental yang menempel di tubuhnya. Lidah mulai bergerak lagi ke arah perut. Lalu aku mulai menjilati dari ujung kaki Mbak Lyra, naik ke betis terus ke pangkal paha. Ketika lidahku menjilati cairan madu yang membasahi sekitar kemaluan dan klitorisnya, Mbak Lyra menggelinjang hebat dan tanpa sadar semakin membenamkan kepalaku ke Pokeknya. Semakin ganas aku menjilati madu yang ada di klitorisnya, semakin tak terkendali juga tubuh Mbak Lyra menggelinjang.
“Sshh.. oughh.. aahh.. pleeaassee.. masukin Sam..”, katanya seraya menghisap
jari telunjukku.
Dia mengangkat kakinya dan menyimpannya di atas bahuku sementara aku berdiri di atas lutut. Perlahan aku mulai memasukkan penisku. Pokeknya yang sudah basah kuyup dan licin memudahkanku untuk membenamkan seluruh penisku ke lubang sorga dunia miliknya.
“Aahh.. nnikmmaatt..”, teriaknya sambil menggoyangkan pinggulnya melingkar.
Aku mulai memainkan sosamkanku. Kecepatannya semakin lama semaikn kutambah begitu pula goyangan pinggul Mbak Lyra.
“Mbak.. enaakk.. uhh.. shh..”, desahku sambil memejamkan mata.
“Aahh.. sshh.. mm..”, ia mendesah sambil menghisap jari tanganku.
Dia mengangkat kakinya dan menyimpannya di atas bahuku sementara aku berdiri di atas lutut. Perlahan aku mulai memasukkan penisku. Pokeknya yang sudah basah kuyup dan licin memudahkanku untuk membenamkan seluruh penisku ke lubang sorga dunia miliknya.
“Aahh.. nnikmmaatt..”, teriaknya sambil menggoyangkan pinggulnya melingkar.
Aku mulai memainkan sosamkanku. Kecepatannya semakin lama semaikn kutambah begitu pula goyangan pinggul Mbak Lyra.
“Mbak.. enaakk.. uhh.. shh..”, desahku sambil memejamkan mata.
“Aahh.. sshh.. mm..”, ia mendesah sambil menghisap jari tanganku.
Suara becek Pokek Mbak Lyra yang dikocok oleh penisku terdengar
seperti sebuah nyanyian yang merdu. Sesekali terdengar bunyi derak meja makan
tempat kami bercinta. Kami berganti posisi. Mbak Lyra membelakangiku dengan
posisi menungging dan aku menusuknya dari belakang. Tubuh kami semakin basah
kuyup oleh keringat.
Keringat Mbak Lyra yang bercampur dengan cairan susu kental menimbulkan wangi yang semerbak. Kami semakin terhanyut ke dalam dunia yang entah dimana.
“Teerruuss.. cepett.. lebih.. cepett.. aahh..”, Mbak Lyra mendesah sambil memintaku untuk mempercepat sosamkanku.
Kami berganti posisi lagi. Aku dalam posisi duduk dan Mbak Lyra duduk dipangkuanku sementara penisku asyik bergulat di dalam lubang Pokeknya.
“Aahh.. sshh.. goyang terruss..”, desahku ketika Mbak Lyra mulai bergoyang dengan ganasnya.
Keringat Mbak Lyra yang bercampur dengan cairan susu kental menimbulkan wangi yang semerbak. Kami semakin terhanyut ke dalam dunia yang entah dimana.
“Teerruuss.. cepett.. lebih.. cepett.. aahh..”, Mbak Lyra mendesah sambil memintaku untuk mempercepat sosamkanku.
Kami berganti posisi lagi. Aku dalam posisi duduk dan Mbak Lyra duduk dipangkuanku sementara penisku asyik bergulat di dalam lubang Pokeknya.
“Aahh.. sshh.. goyang terruss..”, desahku ketika Mbak Lyra mulai bergoyang dengan ganasnya.
Kami berciuman sementara penisku dikocok oleh lubang Pokeknya Mbak
Lyra yang sangat hangat sekali. Pokek Mbak Lyra semakin banyak mengeluarkan
cairan pelumas yang hangat. Suara becek yang diakibatkan oleh sosamkan kontolku
dan beceknya lubang Pokek Mbak Lyra semakin keras.
“Aaahh.. sshh.. aahh.. oohh.. yess..” desahku.
“Faster.. oohh.. aahh.. ssh.. faster.. Sam..”, desah Mbak Lyra sambil memintaku untuk mempercepat sosamkan penisku.
Sementara penisku “bermain” di dalam lubang Pokeknya Mbak Lyra, lidahku juga mulai memainkan putingnya. Itu membuat tubuh Mbak Lyra semakin bergerak tak karuan, goyangan pinggulnya semakin ganas dan sesekali dia menggigit leherku untuk menahan kenikmatan yang dia rasakan.
“Aaahh.. sshh.. aahh.. oohh.. yess..” desahku.
“Faster.. oohh.. aahh.. ssh.. faster.. Sam..”, desah Mbak Lyra sambil memintaku untuk mempercepat sosamkan penisku.
Sementara penisku “bermain” di dalam lubang Pokeknya Mbak Lyra, lidahku juga mulai memainkan putingnya. Itu membuat tubuh Mbak Lyra semakin bergerak tak karuan, goyangan pinggulnya semakin ganas dan sesekali dia menggigit leherku untuk menahan kenikmatan yang dia rasakan.
Semakin lama semakin kupercepat sosamkan penisku dan gelitikan
lidahku di putingnya semakin kupercepat pula, semakin ganas juga Mbak Lyra
bergoyang.
“Aahh..!”, Mbak Lyra melenguh panjang sambil memelukku sangat erat sekali, tubuhnya menegang hebat, matanya terpejam dan kurasakan ada cairan hangat kental mengguyur penisku. Mbak Lyra mengalami orgasme. Aku semakin mempercepat sosamkanku. Tubuh Mbak Lyra mulai melemas tapi aku terus mempercepat sosamkanku.
“Ahh.. Mbak Lyra.. aku mo keluarr.. sshh.. ahh”, ada sesuatu di dalam penisku yang mulai bergerak dan geli bercampur enak yang kurasakan mulai meningkat.
“Sam.. keluarin di luar ya.. di mulutku..”, pinta Mbak Lyra.
Aku mencabut penisku dan dengan rakusnya Mbak Lyra segera menghisap kontolku dengan ganas.
“Aahh..”, tubuhku mengejang, mataku terpejam dan tubuhku seperti melayang menembus atmosfer bumi. Rasanya sangat nikmat sekali, sulit dilukiskan dengan kata-kata. Aku memuncratkan air maniku di dalam mulut Mbak Lyra.
“Aahh..!”, Mbak Lyra melenguh panjang sambil memelukku sangat erat sekali, tubuhnya menegang hebat, matanya terpejam dan kurasakan ada cairan hangat kental mengguyur penisku. Mbak Lyra mengalami orgasme. Aku semakin mempercepat sosamkanku. Tubuh Mbak Lyra mulai melemas tapi aku terus mempercepat sosamkanku.
“Ahh.. Mbak Lyra.. aku mo keluarr.. sshh.. ahh”, ada sesuatu di dalam penisku yang mulai bergerak dan geli bercampur enak yang kurasakan mulai meningkat.
“Sam.. keluarin di luar ya.. di mulutku..”, pinta Mbak Lyra.
Aku mencabut penisku dan dengan rakusnya Mbak Lyra segera menghisap kontolku dengan ganas.
“Aahh..”, tubuhku mengejang, mataku terpejam dan tubuhku seperti melayang menembus atmosfer bumi. Rasanya sangat nikmat sekali, sulit dilukiskan dengan kata-kata. Aku memuncratkan air maniku di dalam mulut Mbak Lyra.
Mbak Lyra terus menghisap penisku dengan ganas.
“Aahh.. sshh”, aku mendesah kecil ketika penisku yang mulai loyo terus dijilati oleh Mbak Lyra.
Lidah Mbak Lyra terus menjilatinya sampai bersih. Lalu kami sama-sama terbaring lemas di atas meja makan. Kami masih berpelukan.
“Nikmat sekali hari ini.. thanks ya Sam..”, Mbak Lyra berkata kepadaku sambil menatapku.
“Sama-sama.. aku seharusnya yang berterima kasih..”, kataku sambil membelai rambut Mbak Lyra.
Kami lalu berciuman lalu berpelukan. Karena kecapean, kami pun langsung tertidur di atas meja makan tempat kami bermain kenikmatan.
“Aahh.. sshh”, aku mendesah kecil ketika penisku yang mulai loyo terus dijilati oleh Mbak Lyra.
Lidah Mbak Lyra terus menjilatinya sampai bersih. Lalu kami sama-sama terbaring lemas di atas meja makan. Kami masih berpelukan.
“Nikmat sekali hari ini.. thanks ya Sam..”, Mbak Lyra berkata kepadaku sambil menatapku.
“Sama-sama.. aku seharusnya yang berterima kasih..”, kataku sambil membelai rambut Mbak Lyra.
Kami lalu berciuman lalu berpelukan. Karena kecapean, kami pun langsung tertidur di atas meja makan tempat kami bermain kenikmatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar