Senin, 29 Agustus 2016


Nana Mirdad & Naysilla Mirdad
“Nikmatnya kontolku merasakan lubang pokek mereka yang hangat”


Aku sedang asik membuat laporan cashflows project yang harus kuselesaikan dan mengirimkannya malam itu juga ke perusahaan partner kami di Paris. Aku ditemani oleh seorang “OB” yang meski sudah beristri dan memiliki 1 orang anak, masih suka senang meladeni/mencari-cari orang yang salah sambung telepon ke kantor.
Jam di meja kerjaku 10.30 tapi lampu (line) telepon masih menyala, sambil istirahat sebentar, kucari pesawat mana yang masih online itu. Belum sempat ketemu, “OB”-ku sudah panggil aku lewat intercom dari pentry tempatnya ber-online ria,
“Bang, ada yang mau ngomong nih.. ambil yang kelap-kelip ya..” (Bang = Abang; “OB” kantorku yang satu ini selalu meng-Abang-kan).
Dengan malas kuangkat gagang telepon, sambil teriak ke “OB”-ku itu.
“Siapa Nang?”
“Angkat aja.. Bang,” jawabnya lagi sambil teriak dari pentry (pentry dengan mejaku agak berjauhan).
Pada akhirnya salah sambung ini berkelanjutan jadi menarik. Nama orang yang “salah sambung” itu adalah Nana dan dengan setia akan meneleponku setiap 2 minggu sekali setiap jam 21:00 – 24:00 dan akhirnya aku juga jadi menunggu-nunggu telepon dari Nana. Perlu kuberitahukan di sini, sejak pertama telepon, Nana (aku memanggilnya “Na”) ini bicaranya tidak jauh dari selangkangan dan pusar, dan mungkin ini juga yang membuat aku ketagihan melayaninya.
Hingga pada 4 bulan berikutnya, hari Sabtu kami copy darat. Dari situlah baru aku kenal Na dengan wajah melayunya, kulitnya putih, tinggi 162 cm, berat 55 kg, payudara yang montok 36C, betis kecil, pantatnya yabg bahenol cukup besar tapi pinggulnya lebih lebar (bahenol), umurnya sekitar 35 tahunan. Terus terang, fisiknya dari dada ke bawah lebih meruntuhkan iman, ketimbang wajahnya. Setelah makan dan ngobrol ngalor ngidul, kami ke luar.
“Na, mau terus pulang atau ada acara lain lagi nih..?”
“Aku tadi ijin keluar mau ke Bogor, tempat temen waktu SMA, jadi kayaknya kalo pulang sekarang masih kesiangan deh.. kita jalan aja yuk..!”
“Kemana?” tanyaku, sambil menggoda nakal.
“Ah.. kamu ngelantur deh..” sambil mencubit pinggangku.
aku hanya meringis, sambil aku langsung gandeng pinggangnya menuju mobil di parkiran. Keluar dari Wendy’s, aku langsung mengarahkan mobil ke tol Jagorawi. Setelah masuk tol,
“Kok, kita ke sini.. mau kemana?”
“Ya.. ke Bogor lah.. paling tidak kan, kamu nggak terlalu banyak bo’ongnya.”
Nana diam saja sambil merenggut manja dan memalingkan wajah ke luar.
Kupegang bahunya,
“Jangan marah gitu doong, eh.. tapi kamu manis juga kalo lagi cemberut gitu..” lagi-lagi Nana mencubitku di pinggang.
Kali ini kubiarkan, malah kutangkap tangannya dengan tangan kiri, dan kutaruh tangannya di pangkuanku. Nana tidak menarik tangannya, malah mengelus-elus perlahan bagian terlarangku sampai menggeNanat di balik celana. Mobil memasuki jalan desa di pesisir Kali Cisadane dan berbelok masuk ke rumah yang kubeli untuk beristirahat.
“Na.. kita udah sampai, yuk.. masuk..” aku mendahului langsung masuk kamar, membuka kaos dan jeans lalu menggantinya dengan celana pendek.
“Na, kalo kamu mau pakai celana pendek atau kaos, di dalam ya..” teriakku dari dalam.
“Iiihh.. emangnya aku mau langsung ngamar gitu..” sambil berjalan ragu-ragu, melongokkan wajah ke pintu kamar.
“Eh.. yang mau begituan siapa..?”
“Aku mau berenang di kali bawah, kalo kamu mau ikut, ganti kaos dan celana pendek, nih..”
Belum lagi Nana masuk, aku sudah berlari ke luar dan di pintu bertabrakan dengan Nana yang mau masuk. Kami jatuh bertindihan dan tertawa bersama-sama.
“Na, gila nih.. aku jadi kepingin banget.. tadi niatnya mau berenang, tapi jadi berubah kebelet gini..” Dengan refleks kubopong Nana ke dalam kamar dan kubimbing untuk berdiri sambil kupeluk dari belakang, mulut dan bibirku ramai dengan kecupan rangsangan yang lembut namun bergairah di telinga, tengkuk, dan leher, tanganku mengusap-usap di sekitar perut.
Ketika rangsangan itu menjalar di dadanya, Nana membalik,
“Gi.. Aku juga spaning, nih..” sambil bibirnya terbuka dengan gemetar sensual karena gairah, mencari-cari bibirku.
Kulumat bibirnya, kukecup bibir bawahnya dan kuputar dan kulepaskan dan langsung memasukkan lidahku ke dalam mulutnya. Belum lagi Nana siap, aku sudah menangkap lidahnya dan menghisapnya dalam-dalam, sambil tangan kiri menopang punggung, tangan kanan menjalar di antara dua bukit kembar bergantian. Nana terlihat sangat bergetar, menahan gejolak akibat rabaan tanganku di dadanya dan sedotan mulutku pada lidahnya sembari berjalan perlahan ke belakang untuk bersandar pada dinding kamar. Kutarik lepas BH-nya, aku agak renggangkan dan mengangkat tangannya ke atas untuk melepas t-shirtnya, dan menarik turun jeans beserta celana dalam yang dipakainya.

Nana tidak ketinggalan menarik lepas celana pendek dan CD yang kukenakan sekaligus, aku pun melepas kaosku sendiri. Sehingga kami sudah berbugil ria tanpa sehelai benangpun yang melekat. Pada posisinya berdiri kujilati sekitar permukaan pokeknya, jari-jariku bermain indah menyibakkan rambut di belahan kemaluannya yang coklat kemerahan dan lembab yang beraroma khas wanita, menciumi bibir luar pokek sebelah luar dan menjepitnya dengan bibir serta menariknya dengan lembut, melepaskannya, dan berulang-ulang, terlihat Nana menggeletar dan sedikit membungkuk, menahan geli dan gejolak yang luar biasa,
“Ssshh.. ah.. Gi.. sshh.. aduuhh.. enak bangeet.. sshh.. ahh..” kumasukkan lidah ke dalam liang pokek dan mengeluar-masukkannya secara teratur. Pokek Nana sudah banjir air liur dan cairan birahi kewanitaannya.
Nana memegang rambutku dan menekan-nekan kepalaku ke arah pokeknya, sambil menceracau.
“Ogi.. ahh.. sshh.. terus masukin lagi.. sayang.. aduhh.. ahh.. lebih enak oralnya ini dari pada online, sayangghh.. sshh.. ahh..” (Selama kurang lebih 4 bulan Nana selalu melakukan “bercinta/mastubrasi” selama sedang online denganku).
Kubimbing Nana untuk merebah di lantai yang berkarpet, dan kuputar tubuhku 180 derajat sehingga posisi “69″, dan langsung dilahapnya kemaluanku yang sudah menegang dan mengacung melengkung ke atas, dikulum, disedot, bukan main nikmatnya, sampai-sampai tidak bisa berkonsentrasi untuk mengerjai pokeknya.
“Aahh.. agghh.. sshh agghh..” Hampir 10 menit kami melakukan posisi itu, dan sambil mengangkat pantatnya dan pinggulnya, Nana mengeluarkan cairan dari pokeknya, lembut hangat terasa di ujung lidahku.
Aku seka dengan lidah dan kusedot sampai kering, nikmat sekali protein itu, dan Nana berhenti sejenak untuk ketegangan dan orgasme yang dilaluinya.
“Ahh.. ahh.. ayo bikin aku keluar lagi sayang..”
Kuusap lagi pokeknya dan menekan-nekan di antara lubang pokeknya yang kiri dan kanan, sambil menarik-narik rambut kemaluannya, sambil menjepit klitorisnya dengan bibirku. Sekali-kali kujulurkan lidahku menyentuh bagian dalam pokeknya, dari kekenduran sehabis orgasme. Pokeknya mulai terlihat menegang kembali, terus kupacu sampai kembali berdenyut-denyut seperti nadi. Sementara batang penis dan “topi baja” tak henti-hentinya dikerjai dan dijilati oleh Nana, yang hampir aku tidak kuat menahan. Sebelum terlontar, ternyata Nana sudah benar-benar “siap tempur” di pokeknya.
“Ayo, Gi.. masukin kontol kamu ke pokekku, aku udah enggakkh shhabar.. nihh..ahh..gatel.....” Kulepaskan perlahan penisku dari genggaman dan kulumannya.
Posisi kami sekarang berhadap-hadapan, kuangkat/berdirikan pahanya dan posisi telapak kaki tetap pada karpet, sehingga pokeknya benar-benar terlihat dan terkuak dengan lebarnya, dan kupandangi.
“Na, pokek kamu seksi banget, permukaanya lebar & tembem, bulunya indah banget, belum pernah aku nemuin pokek yang kayak gini..” (berbohong).


“Ayoo.. dong Gi.. udah nggak nahan nih.. kok cuma diliatin aja sih, kentot pokekku dong” sambil memegangi paha.
Terus ke arah pokek yang sudah lembab dan licin itu, kuarahkan penis yang sudah menegang melengkung dan mengkilap kepalanya itu ke pokeknya. Perlahan-lahan masuk, dan dengan tiba-tiba kutancapkan sampai sedalam-dalamnya.
“Aghh.. gila.. kamu.. asshh..” tanpa menjawab kuputar searah jarum jam berkali-kali dan ke arah sebaliknya tanpa menarik penis, baru perlahan-lahan kutarik dan tekan, mulailah ceracaunya,
“Aaghh.. Gi.. ahh.. agghh..” aku juga mengalami hal yang sama,
“Na.. pokek kamu hangat, dan kayak ngejepit kontolku nih.. ahh.. agghh..” Peluh sudah membanjir di tubuhku dan Nana, cairan birahi telah membanjir di dinding pokek Nana, sehingga menimbulkan suara yang romantis dan binal,
“SsebBH.. beebb.. sebb..” berulang-ulang.
Lebih 15 menit kutarik keluar seluruh penisku, sehingga menimbulkan bunyi, “Plob..” Nana benar-benar sedang “on” dan nyaris klimaks, dan langsung melihat ke arahku.
“Kenapa dicabut sayanghh..”
“Sabar, ya.. kamu udah mau keluar khan.. tahan dulu yah..” sembari ganti posisi sambil kami istirahat, biar asik klimaksnya.
Tanpa menjawab Nana setuju dengan alasan yang kuberikan. Kutelungkupkan posisi merangkak (doggy style) dan kumasukkan ke pokeknya, terpeleset.. dan dengan bantuan tangan Nana akhirnya penis yang sudah mengkilap saking tegangnya itu berhasil masuk ke dalam, dan mulai menarik dan mendorong pantat untuk menikmati permainan ini sampai puncak. kuraih bukit kembar yang bergelantungan, kuusap putingnya, kutarik-tarik dan kutekan, kujilati punggungnya yang penuh dengan peluh. Terlihat Nana menegang dan aku tidak tahan lagi, kucabut penis dan kubalikkan posisi Nana menjadi terlentang, kembali kumasukkan penisku ke pokeknya terus kupertahankan irama permainan sesantai mungkin. Rupa-rupanya cara inilah wanita yang biasa tergila-gila dalam mencapai orgasme klimaksnya yang tiada tara.

“Gi.. tekan sayang.. ahh.. agghh.. sshh..” bergantian ceracau kami berdua. Kami sama-sama menegang, terus berpacu dengan kenikmatan gelora yang tiada tara, dan pada hampir menit ke-50, kubisikkan kepada Nana,
“Aku.. udahh.. mau keluar.. sayangghh.. agghh.. sshh.., bagaimana dengan kamu..?”
“Aku juga mau keluarhh..” jawab Nana sambil merem-melek.
“Ayoo.. kita keluarin bareng yahh.. aduhh...sshh.. agghh..”
“aaaaahhhhhhh........ pokekku!!!!! Nana orgasme sambil mengelus-ngelus pokeknya yang berbulu itu”.
Kami menegang, Nana menjepit pinggangku dan menjambak rambutku. Kuhisap bergantian puting bukit kembarnya sambil sekali-kali kumasukkan semuat-muatnya gundukan bukit itu dan kuhisap serta dilepaskan. Nana tampak menggeleng-gelengkan kepalanya, tidak tahu mana yang lebih nikmat pada penghujung permainan seks ini, dan aku tidak tahan, hampir bersamaan kami keluarkan cairan bersamaan, seolah tidak ada kering-keringnya. Hampir 14 kali tembakan penisku menyemburkan sperma di dalam pokek Nana, demikian Nana juga kurasakan mengalir seperti mata air, air mani yang dikeluarkannya pada saat klimaks.
Pulang dari Bogor, kuantar Nana ke rumahnya. Sampai di rumah, ternyata Nana masih berhasrat lagi, kebetulan di rumah hanya ada adiknya yang sudah kelas 2 SMU sedang tidur siang dan pembantu sedang mencuci di belakang. Aku khawatir juga, karena bermain api di kandang macan.
“Suamimu pulang jam berapa?” tanyaku pelan.
“Dia sih jam 9 malam baru sampai,” jawab Nana sambil menyodorkan minuman marquisa dingin.
“Yuk.. kita ke atas!” ajaknya sambil manarik tanganku, dan lagi-lagi aku menurut.
Baru saja kami melakukan warming up dan saling membelai dan berciuman, tiba-tiba pintu kamar terbuka perlahan-lahan dan entah sudah berapa lama Naysilla adik Nana berdiri di situ sambil memperhatikan kakaknya sedang aku kerjai, sampai pada suatu waktu kami melihatnya dan refleks menghentikan segala aktifitas.
“Kok berhenti kak..” aku diam dan sedikit pucat, lebih-lebih Nana, sebaliknya Naysilla dengan tenangnya menghampiri kami.
“Mah.. tenang aja, Naysilla ngerti kok, Naysilla juga udah pernah kayak gini, sama Mas Andre.”
Belakangan aku tahu Andre adalah pacar Naysilla. Dengan mengorbankan aku, Nana bilang,
“Ini Mas Ogi mau pulang, tapi maksa Mamah untuk dicium, Mamah malu, jadi ngasihnya di sini aja (atas loteng),”
Lebih terkejut lagi, aku dan Nana,
“Udahlah kak.. aku udah tahu kok kesepian, kakak terusin aja, dan pasti aman, tapi asal aku boleh liat.”

Kami berpandangan, tapi jengah untuk meneruskan. Dengan santainya, Naysilla membuka pakaian SMU-nya, dan terus memandangi kami. Akhirnya Nana memeluk Naysilla dan meminta maaf, tapi dengan halus Naysilla mendorong Nana dan mengalungkan tangannya ke leherku dan menciumiku. Hilang semua kekakuan, dan akhirnya Nana membantu melepaskan pakaian yang kupakai dan akhirnya melepas pakaiannya pula. Jadilah pertandingan 2 lawan 1. Gila adik dan kakak sekaligus.
Naysilla ternyata memiliki gaya konvensional, meski dia sudah beberapa kali melakukan hubungan seks, sehingga mau tidak mau Nana harus mengalah ketika Naysilla kukerjai dan kulumat. Yang paling banyak kami lakukan adalah dengan gaya telentang atau duduk dan bergantian. Nana dan Naysilla di atas sambil ber-rodeo di atas rudal yang berdiri kokoh. Ketika Nana menggunakan doggy style, Naysilla berada di atas punggungnya (tidak sampai menduduki) dan pokeknya mengarah ke mulutku dan kukerjai habis-habisan sampai berkali-kali. Ia menjerit karena klimaks prematur akibat sensitifitas rangsangannya yang begitu peka.
Nana telah bercucuran peluh, aku dan Naysilla juga serupa, dan permainan itu hampir 2 jam kami lakukan karena Naysilla cepat keluar dan cepat sekali “on”, sementara Nana terkontrol karena sedikit agak malu bersaing dengan Naysilla, serasa spermaku terkuras habis. Jika dengan Nana, kumuntahkan di dalam lubang pokeknya yang berbulu itu, sedangkan dengan Naysilla juga ku tembakkan di dalam lubang pokeknya sisa air mani yang masih menempel di penisku kukeluarkan di mulutnya. Naysilla dengan terampil menyedotnya sampai tuntas.
Sampai akhirnya kami terkulai lemas di kamar atas, ketika sedang maghrib, aku diam-diam meninggalkan kamar itu dengan lunglai. Dan saat mereka tidur pulas karena kecapean ku kentot, aku memfoto mereka yang sedang lagi bugil dan mengangkang sebagai kenang-kenangan. Tidak lupa aku mencukur bulu pokek Nana dan bulu pokek Naysilla yang akan ku simpan sebagai koleksi berhargaku. Sejak itu tidak pernah lagi Nana menghubungiku, dan aku pun segan untuk menghubunginya, namun permainan seperti ini baru sekali dalam pengalaman seks-ku. Ma’afkan dan terimakasih untuk Nana dan Naysilla atas pengalaman itu. Sebulan kemudian aku mendengar kabar kalau Nana sudah hamil 2 bulan, berarti anak yang di dalam kandungan Nana kemungkinan anak kami dari hasil hubungan seks itu. sedangkan Naysilla juga hamil dari hasil perbuatanku, tapi Naysilla malah menggugurkannya karna takut malu.


Sabtu, 27 Agustus 2016


NOVA ELIZA
“Menikmati Pokek Nova di tempat Fitness”


Suatu hari cutiku di Bandung, aku menyempatkan diri untuk fitness, menjaga kondisi tubuhku. Aku kerja di Jakarta, di sebuah event organizer ternama. Hampir setiap dua hari sekali sehabis pulang kerja aku fitness di sebuah hotel, dengan peralatan fitness yang lengkap. Maklum, pekerjaanku membutuhkan vitalitas tinggi. Maka walaupun libur di Bandung, atau tepatnya pulang ke kampung halaman, aku tidak pernah melewatkan olahragaku yang satu ***** O ya, aku Aryo, biasa dipanggil Ary. Usiaku 30 tahun, dan belum menikah. Tentunya hal ini merupakan keuntunganku untuk bisa menikmati masa bujang lebih lama, having fun dan get a life. 
Sebenarnya tujuan fitnessku semula iseng, ingin melihat wanita-wanita sexy berpakaian ketat (baju senam), tapi akhirnya terasa manfaatnya, otot perutku rata, bisep dan trisepku terbentuk, hingga membuatku percaya diri. Tapi tentunya kegiatanku ngeceng wanita berpakaian sexy tidak pernah kulewatkan. Sambil menyelam minum air.. he he hee.
Ok, akhirnya kupilih sebuah hotel di bilangan Asia Afrika. Aku membiasakan tidak langsung pulang ke rumahku.

Satu hari cutiku, kumanfaatkan untuk menikmati Bandung sendirian, daripada dengan orang-orang rumah. Orang tuaku termasuk old fashion, yang penuh dengan aturan ketat, walaupun ku sadar hal itulah yang dapat membuatku hidup mandiri.
Hari itu masih sore sekitar pukul 16. 30. Setelah aku cek in dan beristirahat sebentar, kumanfaatkan fasilitas fitness gratisku. Aku mulai mengganti bajuku dengan celana pendek dan t-shirt tanpa lengan.
Ketika aku memasuki ruang fitness, aku melihat sekeliling, masih agak kosong. Hanya ada beberapa pria di beberapa alat. Hmm, this is not my lucky day, pikirku sambil berjalan menuju sepeda statis. Ku kayuh sepeda itu sekitar lima menit dan beralih ke beberapa alat lainnya.
Sepuluh menit menjelang pukul lima sore, satu, dua wanita masuk. Ok, this isn’t my unlucky day after all. Aku makin semangat menarik beban. Diikuti beberapa wanita lainnya, yang tentunya berpakain senam, warna-warni, ada yang memakai celana panjang cutbray dan kaos ketat, short pants dan atasan model sport bra, menambah indahnya pemandangan tempat fitness tersebut. Beberapa di antara mereka ada yang duduk, ada yang ngobrol, cekikikan, dan mencoba beberapa alat. Oh, mungkin mereka mau ber-aerobic, pikirku.

Betul saja ketika seorang wanita berpakaian seperti mereka masuk dan menotak-ngatik tape compo, dan terdengarlah suara musik house dengan tempo cepat. Masing-masing mereka menyusun barisan dan mulai bergerak mengikuti instruktur. Gerakan demi gerakan mereka ikuti. Masih pemanasan.
Tiba-tiba seorang wanita masuk, sangat cantik dibanding mereka, tinggi 165 kira-kira, rambut panjang diikat buntut kuda, memakai pakaian senam bahan lycra mengkilat warna krem dengan model tank top dan g-string di pantatnya. Bongkahan pantatnya tertutup lycra ketat warna krem lebih muda, sehingga menyerupai warna kulit tangannya yang kuning langsat hingga kaki yang tertutup kaos kaki dan sepatu. Woow, sangat seksi. Tak sengaja kulihat bagian dadanya karena handuk yang menggantung di pundak ditaruhnya dikursi dekat dengan alat yang kupakai. Tonjolan putingnya terlihat jelas sekali, menghiasi tonjolan indah yang kira-kira 36 b ukurannya. Sedikit melirik ke arahku lalu akhirnya mencari barisan yang masih kosong dan mengikuti gerakan instruktur. Dadaku berdegup kencang pada saat dia melirik walaupun hanya sedetik.

Gerakan demi gerakan instruktur diikutinya, mulai dari gerakan pemanasan hingga gerakan cepat melompat-lompat sehingga bongkahan payudaranya bergerak turun naik. Batangku mulai membengkak seiring dengan lincahnya gerakan si dia. Mataku terus tertuju pada si dia. Posisiku kebetulan sekali membentuk 45 derajat dari samping kirinya agak ke belakang. Hmm betapa beruntungnya diriku. Hingga akhirnya dia melakukan gerakan pendinginan. Keringat membasahi bajunya, tercetak jelas di punggung dan dadanya, sehingga tonjolan puting itu terlihat jelas sekali, ketika dia memutar badan ke kiri dan ke kanan.
Hingga akhirnya aku dibuat malu. Ketika aku memperhatikan dia, dia pun memperhatikanku lewat pantulan kaca cermin yang berada di depannya ketika aku mengalihkan pandangang ke kaca. Dia tersenyum kepadaku lewat pantulan cermin. Entah berapa lama dia memandangku sebelum aku sadar dipandangi. Aku langsung memalingkan muka dan beranjak dari alat yang kupakai.



Aku segera berganti pakaian untuk berenang. Segera kuceburkan diri untuk mendinginkan otak. Dua atau tiga balikan kucoba berganti gaya hingga akhirnya balikan ke empat gaya punggung, kepalaku menabrak seseorang dan terjatuh menyelam ke air. Sama-sama kami berbalik dan setelah berbalik ku sadar yang ku tabrak adalah pantatnya si dia yang telah berganti pakaian renang, potongan high cut di pinggul dengan warna floral biru yang seksi. Kini tonjolan putingnya tersembunyi dibalik cup baju renangnya, membuatku sedikit kecewa.
“Eh, maaf Mbak, nggak kelihatan, habis gaya punggung sih” kataku meminta maaf.
“Nggak kok Mas, aku yang salah, nggak lihat jalur orang berenang”, jawabnya sambil mengusap muka dan rambutnya ke belakang.
Si dia tersenyum kembali ke arahku, sambil lirikan matanya menyapu dari muka hingga bagian pusarku.
“Kenalan dong, aku Aryo, biasa dipanggil Ary”, kataku sambil menyodorkan tangan.
Dijabatnya tanganku sambil berkata”Nova, lengkapnya Nova Eliza”, jawabnya.
Kami menepi ke bibir kolam, sambil mencelupkan diri se batas leher masing-masing. Kami duduk bersampingan.
“Baru disini Mas?”, Nova mulai lagi membuka pembicaraan.
“Iya, tapi jangan panggil Mas, Ary aja cukup kok. Aku asli Bandung, tapi memang baru kes***** Aku kerja di Jakarta. Kamu Nov?”, ku balik bertanya.
“Aku asli Bandung juga, kerja di bank B**, jadi CS. Deket sini kok, seberangan. Aku biasa aerobic dan renang disini, duahari sekali, yang ada jadwal aerobicnya saja”.
Pembicaraan kami berkembang dari hal kerjaan mengarah ke hal-hal yang lebih pribadi. Nova baru putus dengan pacarnya, kira-kira dua minggu yang lalu. Keluarga pacarnya tidak setuju dengan Nova dan pacarnya dijodohkan dengan orang lain pilihan keluarganya. Agak sedih Nova bercerita hingga..
“Nov, balapan yuk ke seberang, gaya bebas”, ajakku.
“Hayo, .. siapa takut?”, jawabnya.
Kami berdua berlomba sampai sebrang. Aku sedikit curang dengan mendorong bahunya ke belakang sehingga Nova sedikit tertinggal. Pada saat aku duluan di seberang..
“Ari, kamu curang, kamu curang”, rengeknya sambil memukul-mukul tanganku.
Aku tertawa-tawa dan bergerak mundur menjauhi Nova. Dia mengejarku, sampai akhirnya”Byurr, .”., aku terjatuh kebelakang. Kakiku menyenggol kakiknya hingga diapun terjatuh dan kami berdua tidak sengaja berpelukan. Dadanya yang empuk menyentuh dadaku, membuat batangku kembali membengkak. Ketika sama-sama berdiri, kami masih berpelukan walau agak renggang.
Kami saling pandang, kemudian Nova memelukku kembali. Kesempatan ini tidak ku sia-siakan dengan balas memeluknya. Udara Bandung yang dingin pada sore yang beranjak malam tersebut, menambah kuatnya pelukan kami. Batangku yang sedari tadi mengeras menyentuh perut bagian bawahnya Nova, atau tepatnya diatas kemaluan Nova sedikit. Pantat Nova bergerak mendorong, hingga batangku geli terjepit antara perut Nova dan perutku. Berulang-ulang Nova melakukan itu, sehingga darahku berdesir.


“Emhh.”., Nova bergumam.
Sadar aku berada di tempat umum, walaupun kolam renang agak sepi, hanya ada tiga orang selain kami, membuatku agak sedikit melepaskan pelukan walau sayang untuk dilakukan.
“Nov, mending kita sauna yuk!”, ajakku menetralkan suasana.
Nova terlihat agak kecewa dengan sikapku yang sengaja kulakukan.
“Oke!”, jawabnya singkat.
Kami berdua mengambil handuk di kursi pinggir kolam, dan berjalan bersamaan, menuju ruang sauna yang tak jauh dari kolam renang. Terbayang apa yang dilakukan Nova saat di kolam, membuatku menerawang jauh menyusun rencana dengan Nova selanjutnya.
“Kosong.”., kataku dalam hati melihat ruang sauna.
Kami berdua masuk, dan aku sengaja mengambil tempat duduk dekat pintu, sehingga orang lain tidak dapat melihat kami beruda lewat jendela kecil pintu sauna.
“Nov.”., belum sempat aku bicara, Nova menciumku di bibir.
Bibir kami saling berpagut melakukan french kiss. Penetrasi lidah Nova di mulutku, menunjukkan dia sangat berpengalaman. Tangan Nova memegang dadaku, kemudian mengusap menyusuri perut hingga sampai pada batangku yang sudah berdiri dari tadi. Nova meremas batangku yang masih terbungkus celana renang, sementara kuremas dua gunung montok. Betapa kenyal dan kencang sekali payudaranya.
Temperatur ruang sauna menambah panasnya hawa disana. Kubalik Nova membelakangiku. Kuciumi tengkuknya, dan ku remas payudaranya”.Emhh.. Ary.. ahh”, Nova melenguh. Ku susupkan tanganku ke payudaranya, dari celah baju renangnya. Ku pilih putingnya, dan membuat Nova sedikit menjerit, dan menggelinjang. Untungnya ruangan sauna kedap suara.
“Ary, aku butuh kamu Ry, .. malam ini saja.. ahh.”., Nova berbisik di telingaku, sambil masih kumainkan putingnya.
“Lanjutkan di kamarku yuk, ..!” ajakku.
Punggung Nova menjauhi badanku dan berbalik.
“Kamu cek in di s*****.?”, tanyanya dengan muka sedikit gembira.
“Bukannya kamu.”.
“Ya sayang.”., sambil akhirnya kutempatkan jari telunjukku di mulutnya.
Akhirnya kujelaskan alasanku.
Satu-satu kami keluar dari ruang sauna. Nova bergegas ke ruang ganti. Begitupun diriku. Setelah siap, Nova menenteng tasnya dan kami pun berjalan bersamaan. Kami berjalan sambil memeluk pinggang masing-masing, layaknya sepasang kekasih yang sudah lama pacaran. Stelah mengambil key card dari recepsionist, kami naik ke kamarku di 304.
Setelah masuk, pintu ditutup, dan langsung kami merebahkan diri di ranjang. Untung ku pilih tempat tidur sharing. Nova masih memakai baju seragam banknya, lengkap dengan blazer, sepatu hak tinggi dan stocking hitam menggoda. Seksi sekali!

Nova di bawah sementara aku diatasnya menciumi bibimnya. Sesekali kujilat leher dan telinganya. Nova meracau memanggil-manggil namaku. Kubuka blazernya. Dari blouse putih tipis yang masih menempel, terlihat jelas puting berwarna coklat menerawang. Hmm, sengaja tidak memakai bra pikirku. Kubuka kancingnya satu persatu. Kujilati dadanya. Lidahku menyapu dua bukit kembarnya yang mengencang. Rambutku diusapnya sambil dia melenguh dan memanggil namaku berkali-kali. Sesekali kugigit putingnya.
Roknya kusingkapkan, ternyata dibalik stocking hitamnya itu, Nova tidak memakai CD lagi. Ku jilat kemaluan Nova yang masih terhalang stocking. Noda basah di bibir pokek tercetak jelas di pantyhosenya. Nova semakin mecarau dan menggelinjang. Ku gigit sobek bagian yang menutupi pokeknya yang basah. Kujilati labia mayoranya. Perlahan kusapu bibir pokek merah merekah itu. Kucari klitorisnya dan kumainkan lidahku di sana.
Nova mengejang hebat, tanda orgasme pertamanya.
“Emhh Arryy.. ahh”, Nova sedikit berteriak tertahan.
“Makasih sayang.. oh.. benar-benar nikmat..!”.
“Pokoknya ganti stocking ku mahal nih”, Nova merengek sambil cemberut.
“Oke, tapi puaskan dulu aku Nov, .”., jawabku sambil rebahan di ranjang.



Nova kemudian berbalik dan berada di atasku. Blouse terbuka yang masih menempel itu disingkirkannya. Hingga terpampanglah dua bukit menggantung di atasku. Pokek basah Nova terasa di perutku. Rok yang tersingkap dilepasnya lewat atas. Tinggal stocking yang masih menempel, sepatunya pun telah lepas.
Nova kembali menciumiku. Lidahnya menyapu dadaku dan putingku. Sesekali digigitnya, membuatku juga menggelinjang kegelian. Kemudian lidahnya menyapu perutku hingga sampai ke batang penisku yang tegak. Nova mengocoknya perlahan. Ujung lidahnya menari di lubang kencingku. Rasa hangat itu terasa manakala lidahnya menyapu seluruh permukaan penisku. Seluruh batang penisku terbenam di mulut Nova. Sambil dikocok, keluar masuk mulutnya Nova.
“Ohh..!” aku pun tak luput meracau.
Hampir terasa puncakku tercapai, ku dorong Nova menjauhi penisku, aku bangun dan berlutut di belakang Nova.








“Masukkin Ry, fuck me please, Ohh.. arrghh.. Arryy!”, Nova berteriak seiring dengan masuknya batang penisku sedikit-demi sedikit lewat celah stocking yang kugigit tadi.
“Bless.”..Pantat Nova bergerak maju mundur, demikian juga pantatku, saling berlawanan.
“Oh.. ooh.. ahh.. ahh.. God, .. fuck me harder.. Aaahh.. Ary.. yes”, begitulah kalimat tak beraturan meluncur dari mulut Nova, bersamaan dengan semakin capatnya gerakanku.
Ku remas-remas bongkahan pantat seksinya. Nova menjilati jari-jarinya sendiri.
“Mmhh.. Aaahh.. mmh.”., desah Nova yang membuatku semakin bernafsu untuk menggenjot pantatku.
Kemudian kami berganti posisi. Aku berbaring dan Nova berada di atasku. Nova mengambil ancang-ancang untuk memasukkan penisku ke dalam pokek basahnya. Nova terlebih dahulu mengusap-usapkan penisku di bibir pokeknya. Aku makin kelojotan dengan perlakuan Nova. Centi demi centi penisku dilahap pokek Nova.
“Blessh.”., lengkap sudah penisku dilahap pokeknya yang montok dan berbulu itu.
Nova bergerak turun naik beraturan. Payudaranya bergoyang turun naik pula. Pemandangan indah terebut tidak kulewatkan saat badanku bangun, dan wajahku menghampiri payudaranya. Kuremas dua gunung kembar yang begoyang mengikuti irama siempunya. Kujilati dan kusedot bergantian.
“Errgh.. erghh.. ahh.”., Nova mendesah tanda menikmati genjotannya sendiri.
Kini kutarik tubuh Nova sehingga ikut berbaring di atas tubuhku. Ku mulai menggenjot pantatku dari bawah. Nova teridam dan menengadahkan kepalanya, dan sesaat kemudian Nova berteriak meracau.



“Arrgghh.. oohh.. aah.. enakkhh.. aahh.. nikmathh.. ooh.”., serunya.
Kuyakin posisi seperti ini membuatnya merasakan sensasi yang tiada duanya.
5 menit dengan posisi seperti itu, Nova mengejang, dan berteriak panjang”, AARRGHH.. Shit.. Uuuhh.. Ary.. aaihh.”., Pokekku...........aaaahh.....eehhhmmm.......tanda dia mencapai orgasme.
Terlepas penisku dari pokeknya tatkala Nova ambruk di sisiku. Nova ngos-ngosan kecapean.    Kini giliranku untuk mendapatkan kepuasan dari Nova. Kubalik tubuh penuh keringat yang mengkilat terkena cahaya lampu. Sungguh seksi sekali dia saat itu. Kubuka kedua kakiknya, dan ku lucuti stocking hitam yang masih menempel di kakinya yang mulus. Terlihat indah kaki nan putih mulus dari pantat hingga betis. Kujilati lubang anus Nova, dan membuat dia sedikit mengangkat pantatnya keatas.
“Please.. Ary.. not now.. Give me a break.. Ohh.”., ratapnya ketika mendapat perlakuanku.
Aku tak mempedulikan ratapannya. Justru aku semakin gila dengan perlakuanku, menjilati lubang anusnya dan membuat penetrasi di lubangnya dengan lidahku. Area perineumnya pun tak luput ku jilati. Hingga akhirnya kuputuskan untuk mensodomi Nova, karena kulihat lubang anus Nova agak sedikit besar dibanding orang yang belum pernah disodomi.
“Lin, siap ya.”., kataku sambil mengusapkan ludahku di penis yang masih berdiri tegak.
“Apa.., mau apa Ry.. kamu ma.. AAHH, .. Aryy.. Janng.. aahh”, belum selesai Nova bicara, aku telah menancapkan penisku di anusnya.. begitu hangat, sempit dan lembut.
Kutarik kembali perlahan dan kumasukkan lagi. Iramanya ku percapat. Nova pasrah, dan meracau tak karuan.
“Eh.. Ehh.. gimana, .. eh.. enak.. Nov..?, tanyaku sambil menggenjot pantat Nova seksi nan aduhai.
“Ohh.. Arriieh.. aagh.. nikmat rii.. ah.. Shitt.. C’mon.. harder baby.”., jawabnya.
10 menit aku memompa batang penisku di anusnya, terasa cairan sperma sudah ada di ujung kepala penisku. Buru-buru kutarik keluar penisku, dan kubalik Nova menghadapku. Sambil kukocok, spermaku muncrat di muka Nova. Nova yang tidak siap menerima spermaku di mukanya, mengelengkan kepala kiri dan kanan, hingga spermaku membasahi rambut dan pipinya. Hingga akhrinya mulutnya terbuka, dan sisa semprotan spermaku masuk di mulutnya. Setelah spermaku habis, dia mengulum penisku. Aku yang masih merasa geli namun nikmat, semakin menikmati sisa-sisa oragasme panjangku.
“God.. Thank you dear.. Nova.”., kataku sesaat setelah roboh ke samping Nova.
“Curang lagi kamu Ry, .. Tau gitu ku minum semuanya.. kasi tau kek mau mucrat di muka, gitu”, Nova cemberut menjawabnya.
Aku hanya tersenyum. Tak terasa kami bercinta cukup lama, hingga jam 10 malam.
Akhirnya Nova memutuskan untuk bermalam di kamarku. Kami masih melakukannya beberapa kali hingga subuh. Toh, hari itu akhir pekan dan Nova memang libur di hari Sabtu. Pertemuan pertama itulah pula yang membuat kami berpacaran selama 6 bulan hingga akhirnya kami putus. Masih banyak Nova yang lain. Bagi pembaca (wanita) yang ingin menjadi Nova denganku, email saja ya. Kutunggu curhatnya.


Sabtu, 20 Agustus 2016


FEBBY FEBIOLA
“Lezatnya Lubang Pokek Febby”


Perlahan mba Febby membuka matanya dan tersenyum padaku
“Kamu baik banget Sam”katanya dengan nada pelan.
”Ah gapapa mba,kasian aja mba nya kecapean,kalo mba mau aku pijitin kakinya ya ?”
“Ga usah,nanti ngerepotin kamu Sam”
Aku ga dengerin omongannya,seketika aku mengambil lotion dan mulai memijit kakinya,memang saat itu dia udah memakai celana pendek longgarselutu dan baju kaos rumahan.aku mulai pijit jari-jari kaki mba Febby sampai ketumit.baru sebentar kayanya mba Febby udah ketiduran pulas banget dan ada kayanya setengah jam aku terus memijitnya sampai dia terbangun lagi.
“Aduh Sam maaf ya mba ketiduran pijitan kamu enak banget” katanya aga malu.
“hehehee iya donk,kan aku udah bersertifikat dari departemen pijit-memijit” candaku padanya.



“iihh kamu bisa aja,ada loh 30 menit aku ketiduran tapi kamu mijitin aku terus ya ?”
“iya mba biar mba bangunnya nanti seger kasian lagi banyak kerja,kalo mba mau aku pijitin betisnya sekalian ya ?”Tanya ku pada mba Febby.
“Kamu yakin gapapa ?”
“iya mba gapapa aku seneng bisa bantuin mijitin mba,lagian mba Febby juga enak mijitnya kulitnya halus banget”
Mba Febby hanya tersenyum dan lansung membalikkan badannya tengkurap sambil memeluk bantal,dan aku pun mulai memijit betisnya yang sangat indah itu.saat itu aku ga tau mba Febby memasukkan tanganya kebelakang baju meraba punggungnya sendiri,sekilas aku lihat dia kayanya membuka pengait bra nya.dan mulai tengkurap lagi.
Aku berfikir kayanya mba Febby udah ngasi lampu hijau buatku untuk memijit punggungnya dan saat itu terlintas aja dalam otak ku seandainya itu terjadi aku bisa dengan laluasa menyentuh kulitnya yang sangat terawat itu.baru aja kepikiran kayanya dalam celanaku ada yang merespon dan lansung aja seketika celanaku menjadi sempit karena siotong udah berdiri duluan.
“kamu bisa mijitin punggung sama pinggangku juga ga Sam ?”
Seketika aja aku jadi kaget dia ngomong gitu,baru aja aku menghayal malah uda dikabulkan.
“ Eh oH iya iya bisa mba Febby”jawabku gelagapan.
“Pinggangku nyeri semua duduk seharian dikantor nih”katanya lagi.
“iya mba Febby aku pijitin sekalian aku juga tau titik-titik syaraf biar bisa aku acupressure juga”
Aku duduk menyamping disebelah mba Febby.Pertama aku deg-degan juga coba menaikan baju mba Febby keatas dan aku tertegun melihat punggungnya secara lansung karena sangat putih mulus dan tanpa cacat sedikit pun.Mulai aku usap pinggangnya pelan-pelan naik keatas kepunggung dan benar aja dugaanku tadi dia udah membuka pengait bra nya.saat aku mijit punggungnya kadang dekat pangkal lengannya jariku menyentuh pinggiran payudaranya dan saat aku mau memijit pundak dan belakang lehernya mba Febby seperti tau kalo bajunya menghalangi tanganku dan seketika dia malah mambuka bajunya sambil tengkurap dan tetap memeluk bantal dan mengempitkan payudaranya yang besar itu.aku udah bener-bener ga tahan rasanya karena siotong dalam celanaku udah keras dari tadi.
Karena udah seperti ini aku memberanikan diri naik duduk diatas pantat mba Febby yang bohai seperti orang menunggang kuda Aku mulai acupressure punggung mba Febby dengan menekan kedua jempolku dititik syarafnya.tanpa aku sadari rupanya penisku tepat berada ditengah-tengah pantatnya dan menekan sangat kencang.bukanya marah mba Febby mulai memutar-mutarkan pantatnya supaya bergesekan terus dengan penisku.aku tau dia udah mulai teransang dengan mengeluarkan erangan-erangan erotis dari mulutnya.



“mmmh oohhh enak Sam terusss ditekan lagiiii”
Seketika mba Febby membalikkan badannya sehingga aku yang tadi memegang punggungnya kini malah memegang kudua payudaranya yang besar montok dan mengacung keatas.tanpa banyak omong kedua tangannya menarik kepalaku dan mencium bibirku aku pun membalasnya.kamipun berciuman .tanganku yang tadi memegang payudaranya sekarang mulai meremas-remas dan memelintir kedua putingnya.
“Sam aku mau kamu mijitin aku sampai tuntas malam ini sayang”katanya sambil membuka celana dan celana dalamnya.
“Iya mba Febbyku sayang”kataku juga sambil membuka semua pakaianku.
Penisku yang dari tadi tertahan dicelana sekarang bebas berdiri dengan kerasnya.mba Febby keliatan senang dengan ukuran penisku yang lumayan besar panjang 17 cm dan diameter 4 cm.
Kami pun mulai berciuman lagi dengan posisi mba Febby masi dibawah,aku menciumnya dengan lembut tangan kiriku meremas kedua payudaranya bergantian dan kadang memelintir putingnya,tangan kananku mulai menjamah perutnya dan turun kepusar kebawah dan aku rasakan bulu halus diatas pokeknya lalu aku merasakan itilnya yang udah basah dengan lendir kewanitaanya,itilnya aku putar dan aku tekan dengan lembut.


“ooouuhhh oouuhhh ssshhhh nikmat banget sayang”desah mba Febby.
Ciumanku mulai turun menjalar kelehernya dan terus kebelahan dadanya aku mengecup putingnya yg kecil bewarna kemerahan itu lalu menghisapnya dengan rakus bergantian kiri dan kanan.seketika bulu romanya berdiri dan dia menggelinjang merasakan hisapanku diputingnya.
Setelah itu ciumanku turun kebawah lagi kepusarnya dan tanganku berusaha melebarkan kakinya selebar mungkin dan terpampanglah pemandangan indah mba Febby yang bertubuh bahenol itu sedang mengangkang pasrah dengan pokek yang hanya ditumbuhi bulu-bulu halus dan bibir pokek yang bewarna kemerahan.bibirku mendekat kepokeknya aku kecup itilnya dan lidahku mulai menjilati benda kecil itu aku hisap dan aku pelintir dengan mulutku.mba Febby tidak kuasa menahan nikmat yang aku berikan,badannya terus bergerak dan pantatnya terus diputar-putar,mulutnya mengoceh tidak karuan.Tangan kiriku meremas-remas payudaranya dan tangan kananku mulai memasukkan jari kedalam liang pokeknya yang terus basah,mba Febby menekan kepalaku sangat kuat kearah pokeknya dan menjepit kepalaku dengan pahanya.
“oouhhh oouuhh mmmmmhhhh eeaaahhhhh”satu desahan panjang diiringi menyemburnya cairan pokeknya mba Febby orgasme tepat dimulutku .
Sekarang mba Febby mendorong badanku berdiri disisi tempat tidur dia berjongkok menghadap kearah ku dan tangannya mulai mengelus dan meremas-remas penisku setelah itu dia mulai menjilati penisku dari pangkal hinga ujungnya.tangan kirinya membelai kedua buah zakarku dengan lembut dan yang kanan memegang batang kejantananku,saat mba Febby mulai memasukkan penisku kemulutnya terasa sangat nikmat sekali,tangannya mengocok batang penisku pelan-pelan dan mulutnya terus menghisap dan menjilati kepala penisku dengan rakus.dia coba memasukkan penisku kedalam mulutnya tapi cuma setengah karena mentok dikerongkongannya.


Saat yang dinanti datang mba Febby duduk mengangkang dipinggir tempat tidur tepat didepanku yang masi berdiri dia mengarahkan penisku kelobang pokeknya,aku mulai memasukkan kepala penisku kepokeknya pelan-pelan terasa masih sempit dan peret.saat baru kepala penisku masuk aku menariknya keluar lagi sampe 3 kali biar terbiasa,tapi mba Febby yang ga sabaran malah mengunci pantatku dengan melingkarkan kedua kakinya dipantatku dan mau penisku dimasukkan semua.mba Febby meremas kedua bahuku gemas karena seperti aku mempermainkannya,aku coba menekan lagi pelan-pelan dan penisku udah masuk setengah mba Febby mendongak keatas menahan nikmat,aku mulai menggoyangkan pantatku maju mundur dan dengan satu tekanan kuat bleess penisku masuk semua sampai kepangkalnya,saat itu juga mba Febby berteriak kecil “Ooouucchhh” dengan mata terpejam.
Dimulailah permainan kami,aku menggenjot pokek mba Febby kadang pelan dan kadang kaya orang kesetanan,aku memaju-mundurkan pantatku diiringi irama penisku yang bergesekan dengan liang kewanitaannya,cairan pokeknya yang sebelumnya keluar jadi pelicin dan menimbulkan bunyi yang sangat erotis.kami berdua bermandikan keringat memacu birahi yang udah sama-sama memuncak.mba Febby mengusap dadaku dan meraba perutku yang rata.
“Badan kamu bagus sayang,pasti stamina kamu kuat” katanya.
“Iya donk sayang,aku kan rsamn nimba air tiap pagi heheee” jawabku centil.
“ooouuchhhh puasin aku sayang”
“pasti sayangku,sepuas yang kamu mau sayang”
mba Febby mencengkram bahuku kuat yang aku tau dia mau nyampe lagi dan aku lebih mempercepat ritme goyanganku.
“ooouchhh uuuhhhh ooouuchhh yeaaahhhh” erangan keluar dari mulut mba Febby disertai lagi dengan orgasme keduanya.



Aku mencabut penisku dari pokek mba Febby yang lagi-lagi udah basah sama cairan orgasmenya dan meminta dia balik badan menungging kearahku.mba Febby udah aga lemas kayanya tapi dengan senang dia menuruti kemauanku.dari belakang dengan posisi menungging aku lebih bernafsu lagi melihat tubuhnya yang sintal ditambah dengan pantatnya yang besar basah oleh keringat,lipatan pokek yang sangat sempurna menyembunyikan itil nya didalam.aku arahkan kepala penisku kepokeknya dan mulai memasukkan kepala penisku pelan-pelan.sambil memaju mundurkan pantatku aku mencengkram kuat kedua pinggang mba Febby membuat dia merintih dan mendesah membuatku semakin kencang memompa pokeknya dari belakang.
“oouuchhh ooouuchhhh mmmhhh enaakkkk sayyaaaanngggggg” katanya.
Lumayan lama dengan posisi menungging dan kayanya mba Febby udah mau keluar lagi dia mau ganti posisi dan memintaku berbaring lurus ditempat tidur dengan gaya women on top.aku menurutinya sambil berbaring dan mba Febby lansung berjongkok diatas tubuhku sambil mengarahkan kepala penisku kepokeknya dan dengan satu tekanan blessss amblaslah penisku masuk semua kepokeknya,dia naik turun menghujamkan penisku keluar masuk dipokeknya,goyangannya sangat erotis dengan sekalian memutar pantatnya kepenisku.rasanya sangat nikmat penisku bagai diurut dari ujung sampe pangkalnya.
Tak lama akupun rasa udah mau keluar aku mempercepat gerakanku kepokeknya.
“Oouuucchhh mbaaa a a a akuuu ma ma mauuu kekekeluaarrr jugaaaa”kataku terbata-bata.
“iya sayang ooouuchhh aku juga mau keluarr lalalagiii ooouuuuccchhhhh”kata mba Febby.
Diiringi teriakan kita berdua aku menekan penisku sekuat-kuatnya kelobang pokek mba Febby dan croott crooott croott croottt……. Spermaku tumpah semua didalam pokeknya dan mba Febby pun sama orgasme,cairannya keluar membasahi penisku.seketika mba Febby lemas dan merebahkan tubuhnya diatas tubuhku dan aku menerimanya dalam pelukanku aku mengecup lama keningnya,tampak dia memejamkan mata dan puas sekali.
“Terimakasih banyak sayangku,aku puas banget malam ini”kataku pada mba Febby.
“Aku yang seharusnya terimakasih sayangku,kamu udah memenuhi keinginan ku minta dipijit sampai tuntas sama kamu,bukan itu aja kamu gentle banget setelah main lansung memelukku,mengecup keningku dan berterimakasih aku sangat bahagia” kata mba Febby.
“Wanita secantik mba pantas mendapatkan yang terbaik,dan aku sebagai lelaki wsamb memberikannya”
“Ooohh Sam ku sayang,beruntung banget wanita yang nanti mendapatkan kamu,ga kaya cowok aku dulu main 2 menit udah KO duluan dan lansung tidur”
“Ah mba,ga perlu repot-repot mencari wanita itu,karena dia sekarang ada dalam pelukanku”
Mba Febby hanya tersenyum dan memelukku erat kita berciuman lagi sampai akhirnya tertidur.Dan saat pagi bangun kita mengulang permainan lagi.Setiap ada kesempatan kita main lagi tidak tau tempat tidak tau waktu,lagi dan lagi.
Ringkasan ini tidak tersedia. Harap klik di sini untuk melihat postingan.