Sabtu, 24 September 2016




REISA KARTIKA
“Desahan kemaluan dr. Reisa yang sangat lebar”


Dokter Reisa San... hei aku jaga nich malam ini, elu jangan kirim pasien yang aneh-aneh ya, aku mau bobo, begitu pesanku ketika terdengar telepon di ujung sana diangkat. "Udah makan belum?" suara merdu di seberang sana menyahut. "Cie... illeee, perhatian nich", aku menyambung dan, "Bodo ach", lalu terdengar tuutt... tuuuttt... tuuut, rupanya telepon di sana sudah ditutup. Malam ini aku dapat giliran jaga di bangsal bedah sedangkan di UGD alias Unit Gawat Darurat ada dr. Reisa yang jaga. Nah, UGD kalau sudah malam begini jadi pintu gerbang, jadi seluruh pasien akan masuk via UGD, nanti baru dibagi-bagi atau diputuskan oleh dokter jaga akan dikirim ke bagian mana para pasien yang perlu dirawat itu. Syukur-syukur sih bisa ditangani langsung di UGD, jadi tidak perlu merepotkan dokter bangsal. dr. Reisa sendiri harus aku akui dia cukup terampil dan pandai juga, masih sangat muda sekitar 28 tahun, cantik menurutku, tidak terlalu tinggi sekitar 165 cm dengan bodi sedang ideal, kulitnya putih dengan rambut sebahu. Sifatnya cukup pendiam, kalau bicara tenang seakan memberikan kesan sabar tapi yang sering rekan sejawat jumpai yaitu ketus dan judes apalagi kalau lagi moodnya jelek sekali. Celakanya yang sering ditunjukkan, ya seperti itu. Gara-gara itu barangkali, sampai sekarang dia masih single. Cuma dengar-dengar saja belakangan ini dia lagi punya hubungan khusus dengan dr. Anton tapi aku juga tidak pasti. Kira-kira jam 2 pagi, kamar jaga aku diketuk dengan cukup keras juga. "Siapa?" tanyaku masih agak malas untuk bangun, sepet benar nih mata. "Dok, ditunggu di UGD ada pasien konsul", suara dibalik pintu itu menyahut, oh suster Lena rupanya. "Ya", sahutku sejurus kemudian. Sampe di UGD kulihat ada beberapa pria di dalam ruang UGD dan sayup-sayup terdengar suara rintihan halus dari ranjang periksa di ujung sana, sempat kulihat sepintas seorang pria tergeletak di sana tapi belum sempat kulihat lebih jelas ketika dr. Reisa menyongsongku, "Fran, pasien ini jari telunjuk kanannya masuk ke mesin, parah, baru setengah jam sih, tensi oke, menurutku sih amputasi (dipotong, gitu maksudnya), gimana menurut elu?" demikian resume singkat yang diberikan olehnya. "San, elu makin cantik aja", pujiku sebelum meraih status pasien yang diberikannya padaku dan ketika aku berjalan menuju ke tempat pasien itu, sebuah cubitan keras mampir di pinggangku, sambil dr. Reisa mengiringi langkahku sehingga tidak terlalu lihat apa yang dia lakukan. Sakit juga nih. Saat kulihat, pasien itu memang parah sekali, boleh dibilang hampir putus dan yang tertinggal cuma sedikit daging dan kulit saja. "Dok, tolong dok... jangan dipotong", pintanya kepadaku memelas. Akhirnya aku panggil itu si Om gendut, bosnya barangkali dan seorang rekan kerjanya untuk mendekat dan aku berikan pengertian ke mereka semua. "Siapa nama Bapak?" begitu aku memulai percakapan sambil melirik ke status untuk memastikan bahwa status yang kupegang memang punya pasien ini. "Praptono", sahutnya lemah. "Begini Pak Prap, saya mengerti keadaan Bapak dan saya akan berusaha untuk mempertahankan jari Bapak, namun hal ini tidak mungkin dilakukan karena yang tersisa hanya sedikit daging dan kulit saja sehingga tidak ada lagi pembuluh darah yang mengalir sampai ke ujung jari. Bila saya jahit dan sambungkan, itu hanya untuk sementara mungkin sekitar 2 - 4 hari setelah itu jari ini akan membusuk dan mau tidak mau pada akhirnya harus dibuang juga, jadi dikerjakan 2 kali. Kalau sekarang kita lakukan hanya butuh 1 kali pengerjaan dengan hasil akhir yang lebih baik, saya akan berusaha untuk seminimal mungkin membuang jaringannya dan pada penyembuhannya nanti diharapkan lebih cepat karena lukanya rapih dan tidak compang-camping seperti ini", begitu penjelasan aku pada mereka. Kira - kira seperempat jam kubutuhkan waktu untuk meyakinkan mereka akan tindakan yang akan kita lakukan. Setelah semuanya oke, aku minta dr. Reisa untuk menyiapkan dokumennya termasuk surat persetujuan tindakan medik dan pengurusan untuk rawat inapnya, sementara aku siapkan peralatannya dibantu oleh suster-suster dinas di UGD. "San, elu mau jadi operatornya?" tanyaku setelah semuanya siap. "Ehm... aku jadi asisten elu aja deh", jawabnya setelah terdiam sejenak. Entah kenapa ruangan UGD ini walaupun ber-AC tetap saja aku merasa panas sehingga butir-butir keringat yang sebesar jagung bercucuran keluar terutama dari dahi dan hidung yang mengalir hingga ke leher saat aku kerja itu. Untung Reisa mengamati hal ini dan sebagai asisten dia cepat tanggap dan berulang kali dia menyeka keringatku. Huh... aku suka sekali waktu dia menyeka keringatku, soalnya wajahku dan wajahnya begitu dekat sehingga aku juga bisa mencium wangi tubuhnya yang begitu menggoda, lebih-lebih rambutnya yang sebahu dia gelung ke atas sehingga tampak lehernya yang putih berjenjang dan tengkuknya yang ditumbuhi bulu-bulu halus. Benar-benar menggoda iman dan harapan. Setengah jam kemudian selesai sudah tugasku, tinggal jahit untuk menutup luka yang kuserahkan pada dr. Reisa. Setelah itu kulepaskan sarung tangan sedikit terburu-buru, terus cuci tangan di wastafel yang ada dan segera masuk ke kamar jaga UGD untuk pipis. Ini yang membuat aku tidak tahan dari tadi ingin pipis. Daripada aku mesti lari ke bangsal bedah yang cukup jauh atau keluar UGD di ujung lorong sana juga ada toilet, lebih baik aku pilih di kamar dokter jaga UGD ini, lagi pula rasanya lebih bersih. Saat kubuka pintu toilet (hendak keluar toilet), "Ooopsss..." terdengar jeritan kecil halus dan kulihat dr. Reisa masih sibuk berusaha menutupi tubuh bagian atasnya dengan kaos yang dipegangnya. "Ngapain lu di sini?" tanyanya ketus. "Aku habis pipis nih, elu juga kok nggak periksa-periksa dulu terus ngapain elu buka baju?" tanyaku tak mau disalahkan begitu saja. "Ya, udah keluar sana", suaranya sudah lebih lembut seraya bergerak ke balik pintu biar tidak kelihatan dari luar saat kubuka pintu nanti. Ketika aku sampai di pintu, kulihat dr. Reisa tertunduk dan... ya ampun.... pundaknya yang putih halus terlihat sampai dengan ke pangkal lengannya, "Rei, pundak elu bagus", bisikku dekat telinganya dan semburat merah muda segera menjalar di wajahnya dan ia masih tertunduk yang menimbulkan keberanianku untuk mengecup pundaknya perlahan. Ia tetap terdiam dan segera kulanjutkan dengan menjilat sepanjang pundaknya hingga ke pangkal leher dekat tengkuknya. Kupegang lengannya, sempat tersentuh kaos yang dipegangnya untuk menutupi bagian depan tubuhnya dan terasa agak lembab. Rupanya itu alasannya dia membuka kaosnya untuk menggantinya dengan yang baru. Berkeringat juga rupanya tadi. Perlahan kubalikkan tubuhnya dan segera tampak punggungnya yang putih mulus, halus dan kurengkuh tubuhnya dan kembali lidahku bermain lincah di pundak dan punggungnya hingga ke tengkuknya yang ditumbuhi bulu-bulu halus dan kusapu dengan lidahku yang basah. "Aaaccch... ach..." desahnya yang pertama dan disusul dengan jeritan kecil tertahan dilontarkannya ketika kugigit urat lehernya dengan gemas dan tubuhnya sedikit mengejang kaku. Kuraba pangkal lengannya hingga ke siku dan dengan sedikit tekanan kuusahakan untuk meluruskannya sikunya yang secara otomatis menarik kaos yang dipegangnya ikut turun ke bawah dan dari belakang pundaknya itu. Kulihat dua buah gundukan bukit yang tidak terlalu besar tapi sangat menantang dan pada bukit yang sebelah kanan tampak tonjolannya yang masih berwarna merah dadu sedangkan yang sebelah kiri tak terlihat. Kusedot kembali urat lehernya dan ia menjerit tertahan, "Aach... ach... ssshhh", tubuhnya pun kurasakan semakin lemas oleh karena semakin berat aku menahannya. Dengan tetap dalam dekapan, kubimbing dr. Reisa menuju ke ranjang yang ada dan perlahan kurebahkan dia, matanya masih terpejam dengan guratan nikmat terhias di senyum tipisnya, dan secara refleks tangannya bergerak menutupi buah dadanya. Kubaringkan tubuhku sendiri di sampingnya dengan tangan kiri menyangga beban tubuh, sedangkan tangan kanan mengusap lembut alis matanya terus turun ke pangkal hidung, mengitari bibir terus turun ke bawah dagu dan berakhir di ujung liang telinganya. Senyum tipis terus menghias wajahnya dan berakhir dengan desahan halus disertai terbukanya bibir ranum itu. "Ssshhh... acchh..." Kusentuhkan bibirku sendiri ke bibirnya dan segera kami saling berpagutan penuh nafsu. Kuteroboskan lidahku memasuki mulut dan mencari lidahnya untuk saling bergesekan kemudian kugesekan lidahku ke langit-langit mulutnya, sementara tangan kananku kembali menelusuri lekuk wajahnya, leher dan terus turun menyusuri lembah bukit, kudorong tangan kanannya ke bawah dan kukitari putingnya yang menonjol itu. Lima sampai tujuh kali putaran dan putingnya semakin mengeras. Kulepaskan ciumanku dan kualihkan ke dagunya. Reisa memberikan leher bagian depannya dan kusapu lehernya dengan lidahku terus turun dan menyusuri tulang dadanya perlahan kutarik tangannya yang kiri yang masih menutupi bukitnya. Tampak kini dengan jelas kedua puting susunya masih berwarna merah dadu tapi yang kiri masih tenggelam dalam gundukan bukit. Feeling-ku, belum pernah ada yang menyentuh itu sebelumnya. Kujilat tepat di area puting kirinya yang masih terpendam malu itu pada jilatan yang kelima atau keenam, aku lupa. Puting itu mulai menampakkan dirinya dengan malu-malu dan segera kutangkap dengan lidah dan kutekankan di gigi bagian atas, "Ach... ach... ach..." suara desisnya semakin menjadi dan kali ini tangannya juga mulai aktif memberikan perlawanan dengan mengusap rambut dan punggungku. Sambil terus memainkan kedua buah payudaranya tanganku mulai menjelajah area yang baru turun ke bawah melalui jalur tengah terus dan terus menembus batas atas celana panjangnya sedikit tekanan dan kembali meluncur ke bawah menerobos karet celana dalamnya perlahan turun sedikit dan segera tersentuh bulu-bulu yang sedikit lebih kasar. "Eeehhhm... ech..." tidak diteruskan tapi bergerak kembali naik menyusuri lipatan celana panjangnya dan sampai pada area pinggulnya dan segera kutekan dengan agak keras dan mantap, "Ach..." pekiknya kecil pendek seraya bergerak sedikit liar dan mengangkat pantat dan pinggulnya. Segera kutekan kembali lagi pinggul ini tapi kali ini kulakukan keduanya kanan dan kiri dan, "Fran... ugh..." teriaknya tertahan. Aku kaget juga, itu kan artinya Reisa sadar siapa yang mencumbunya dan itu juga berarti dia memang memberikan kesempatan itu untukku. Matanya masih terpejam hanya-hanya kadang terbuka. Kutarik restleting celananya dan kutarik celana itu turun. Mudah, oleh karena Reisa memang menginginkannya juga, sehingga gerakan yang dilakukannya sangat membantu. Tungkainya sangat proporsional, kencang, putih mulus, tentu dia merawatnya dengan baik juga oleh karena dia juga kan berasal dari keluarga kaya, kalau tidak salah bapaknya salah satu pejabat tinggi di bea cukai. Kuraba paha bagian dalamnya turun ke bawah betis, terus turun hingga punggung kaki dan secara tak terduga Reisa meronta dan terduduk, dengan nafas memburu dan tersengal-sengal, "Fran..." desisnya tertelan oleh nafasnya yang masih memburu. Kemudian ia mulai membuka kancing bajuku sedikit tergesa dan kubantunya lalu ia mulai mengecup dadaku yang bidang seraya tangannya bergerak aktif menarik retsleting celanaku dan menariknya lepas. Langsung saja aku berdiri dan melepaskan seluruh bajuku dan kuterjang Reisa sehingga ia rebah kembali dan kujilat mulai dari perutnya. Sementara tangannya ikut mengimbangi dengan mengusap rambutku, ketika aku sampai di selangkangannya kulihat ia memakai celana berwarna dadu dan terlihat belahan tengahnya yang sedikit cekung sementara pinggirnya menonjol keluar mirip pematang sawah dan ada sedikit noda basah di tengahnya tidak terlalu luas, ada sedikit bulu hitam yang mengintip keluar dari balik celananya. Kurapatkan tungkainya lalu kutarik celana dalamnya dan kembali kurentangkan kakinya seraya aku juga melepas celanaku. Kini kami sama berbugil, kemaluanku tegang sekali dan cukup besar untuk ukuranku. Sementara Reisa sudah mengangkang lebar tapi labia mayoranya masih tertutup rapat. Kucoba membukanya dengan jari-jari tangan kiriku dan tampak sebuah lubang kecil sebesar kancing di tengahnya diliputi oleh semacam daging yang berwarna pucat demikian juga dindingnya tampak berwarna pucat walau lebih merah dibandingkan dengan bagian tengahnya. Gila, rupanya masih perawan. Tak lama kulihat segera keluar cairan bening yang mengalir dari lubang itu oleh karena sudah tidak ada lagi hambatan mekanik yang menghalanginya untuk keluar dan banjir disertai baunya yang khas makin terasa tajam. Baru saat itu kujulurkan lidahku untuk mengusapnya perlahan dengan sedikit tekanan. "Eehhh... ach... ach... ehhh", desahnya berkepanjangan. Sementara lidahku mencoba untuk membersihkannya namun banjir itu datang tak tertahankan. Aku kembali naik dan menindih tubuh Reisa, sementara kemaluanku menempel di selangkangannya dan aku sudah tidak tahan lagi kemudian aku mulai meremas payudara kanannya yang kenyal itu dengan kekuatan lemah yang makin lama makin kuat. "Fran... ambilah..." bisiknya tertahan seraya menggoyangkan kepalanya ke kanan dan ke kiri sementara kakinya diangkat tinggi-tinggi. Dengan tangan kanan kuarahkan torpedoku untuk menembak dengan tepat. Satu kali gagal rasanya melejit ke atas oleh karena licinnya cairan yang membanjir itu, dua kali masih gagal juga namun yang ketiga rasanya aku berhasil ketika tangan Reisa tiba-tiba memegang erat kedua pergelangan tanganku dengan erat dan desisnya seperti menahan sakit dengan bibir bawah yang ia gigit sendiri. Sementara batang kejantananku rasanya mulai memasuki liang yang sempit dan membuka sesuatu lembaran, sesaat kemudian seluruh batang kemaluanku sudah tertanam dalam liang surganya dan kaki Reisa pun sudah melingkari pinggangku dengan erat dan menahanku untuk bergerak. "Tunggu", pintanya ketika aku ingin bergerak. Beberapa saat kemudian aku mulai bergerak mengocoknya perlahan dan kaki Reisa pun sudah turun, mulanya biasa saja dan respon yang diberikan juga masih minimal, sesaat kemudian nafasnya kembali mulai memburu dan butir-butir keringat mulai tampak di dadanya, rambutnya sudah kusut basah makin mempesona dan gerakan mengocokku mulai kutingkatkan frekuensinya dan Reisa pun mulai dapat mengimbanginya. Makin lama gerakan kami semakin seirama. Tangannya yang pada mulanya diletakkan di dadaku kini bergerak naik dan akhirnya mengusap kepala dan punggungku. "Yach... ach... eeehmm", desisnya berirama dan sesaat kemudian aku makin merasakan liang senggamanya makin sempit dan terasa makin menjempit kuat, gerakan tubuhnya makin liar. Tangannya sudah meremas bantal dan menarik kain sprei, sementara keringatku mulai menetes membasahi tubuhnya namun yang kunikmati saat ini adalah kenikmatan yang makin meningkat dan luar biasa, lain dari yang kurasakan selama ini melalui masturbasi. Makin cepat, cepat, cepat dan akhirnya kaki Reisa kembali mengunci punggungku dan menariknya lebih ke dalam bersamaan dengan pompaanku yang terakhir dan kami terdiam, sedetik kemudian.. "Eeeggghhh..." jeritannya tertahan bersamaan dengan mengalirnya cairan nikmat itu menjalar di sepanjang kemaluanku dan, "Crooot... crooot", memberikannya kenikmatan yang luar biasa. Sebaliknya bagi Reisa terasa ada semprotan kuat di dalam sana dan memberikan rasa hangat yang mengalir dan berputar serasa terus menembus ke dalam tiada berujung. Selesai sudah pertempuran namun kekakuan tubuhnya masih kurasakan, demikian juga tubuhku masih kaku. Sesaat kemudian kuraih bantal yang tersisa, kulipat jadi dua dan kuletakkan kepalaku di situ setelah sebelumnya bergeser sedikit untuk memberinya nafas agar beban tubuhku tidak menindih paru-parunya namun tetap tubuhku menindih tubuhnya. Kulihat senyum puasnya masih mengembang di bibir mungilnya dan tubuhnya terlihat mengkilap licin karena keringat kami berdua. "Fran... thank you", sesaat kemudian, "Ehmmm... Fran aku boleh tanya?" bisiknya perlahan. "Ya", sahutku sambil tersenyum dan menyeka keringat yang menempel di ujung hidungnya. "Aku... gadis keberapa yang elu tidurin?" tanyanya setelah sempat terdiam sejenak. "Yang pertama", kataku meyakinkannya, namun Reisa mengerenyitkan alisnya. "Sungguh?" tanyanya untuk meyakinkan. "Betul... keperawanan elu aku ambil tapi perjakaku juga elu yang ambil", bisikku di telinganya. Reisa tersenyum manis. "San, thank you juga", itu kata-kata terakhirku sebelum ia tidur terlelap kelelahan dengan senyum puas masih tersungging di bibir mungilnya dan batang kemaluanku juga masih belum keluar tapi aku juga ikut terlelap.

Jumat, 16 September 2016



MARISSA CHIRSTINA
“Pokek ku diperkosa tengah malam oleh manusia atau hantu"


Cerita ini terjadi 10 tahun yang lalu, waktu itu aku masih berumur 19 tahun. Dan sejak peristiwa itu, kemalangan demikemalangan menimpaku, sungguh jelek nasibku. Kepada siapa aku berani mengadukan nasibku ini, kecuali kepada para pembaca di situs cerita online ini, mudah-mudahan ada yang mau menolongku, mengentaskan nasibku yang jelek. Namaku Marissa Chirstina, adalah anak bungsu dari 6 bersaudara, ayahku adalah pegawai rendah pemerintahan di kota Malang, keluargaku termasuk miskin, rumah setengah batu, kondisinya sudah tua, namun letaknya di tepi jalan provinsi.
Di rumah, aku tinggal bersama seorang kakak laki-laki, Ayah dan Ibuku, sedang mbak-mbak dan mas-masku yang lain sudah berkeluarga. Masih ada lagi, mbak-mbak 2 orang yang membantu Ibuku, dan kadang-kadang ada seorang tukang antar beras dari desa yang menginap di rumahku kalau kemalaman.
Untuk menutupi biaya hidup keluarga, Ibuku terpaksa membuka warung pecel di rumah, lumayan karena untuk keperluan sehari-hari keluarga dapat ditolong dari warung ini. 

Biarpun baru tamat SMA, tubuhku termasuk bongsor, tinggiku sekitar 150 cm, beratku 38 kg, dan buah dadaku sudah mulai besar, pantatku besar dan seksi, tonjolan kemaluanku juga besar dan tembem, sebesar mangga yang sekilonya berisi dua, kulitku kuning langsat, bersih dan wajahku terbilang cantik, badanku proporsional, kata teman-temanku.
Orangtuaku mendidik dengan ketat dalam suasana jawa dan keagamaan yang taat, dan tabu akan hal-hal yang berbau erotis atau porno, lebih-lebih sampai melakukan hal itu sebelum menikah. Terlebih lagi di usiaku yang masih sangat muda, aku tidak pernah berani mau macam-macam dengan laki-laki yang mencoba menaksirku. Selain itu, aku kasihan dengan orang tuaku, apabila ada kejadian yang menyusahkan beliau berdua.
Kehidupanku berjalan biasa-biasa saja, sampai kejadian itu terjadi. Waktu itu, di tengah malam tiba-tiba aku terbangun dari tidur, aku merasa nafasku sesak, dan mataku gelap, kaki dan tanganku sakit, serta perut dan dadaku tertekan benda yang berat. Aku menjadi panik dan mencoba bersuara tetapi tidak bisa, rupanya mulutku tertutup oleh sesuatu benda, dan juga mataku, sedang benda yang menindihku itu ternyata seperti orang. Tangan dan kaki yang sakit ini, rupanya disebabkan karena telah diikat dengan kuat, sehingga terasa sakit dan tidak dapat bergerak. Setelah sadar betul dari tidurku ini, aku menyadari ada suatu peristiwa yang menakutkan akan terjadi. Tanganku diikat di sisi atas tempat tidur, sedangkan kakiku diikat di sisi bawah sehingga kakiku menganga. Aku telentang di tempat tidur dalam posisi seperti huruf “X”. Aku merasa bahwa sebagian pakaianku sudah tidak melekat dengan benar di badanku, BH-ku tersingkap, dan celana dalamku rupanya sudah tidak ada. Ada tangan yang dengan kasar sedang meraba-raba pokek ku dan buah dadaku, terutama pada kedua puting susuku yang terasa digigit-gigit, ngilu-ngilu sakit. Dan terdengar suara napas ngos-ngosan, sambil menggigit dan menjilat-jilat sekujur badanku, buah dadaku, leherku, telingaku, dan terus turun kebawah. Aku mulai menangis, karena merasa tidak berdaya, tapi tidak bisa, berteriak pun tidak bisa, saking ngerinya, aku kemudian tidak sadarkan diri.
Tidak berselang lama kemudian, aku tersadar kembali, aku merasa posisi badanku belum berubah, masih saja telentang dengan kedua tangan dan kaki terikat pada sudut-sudut tempat tidur. Hanya saja sekarang semua baju yang melekat pada tubuhku telah terlepas, sehingga aku telentang dengan keadaan telanjang bulat. Aku sedih sekali, karena benar-benar tidak berdaya untuk mempertahankan kehormatanku, sebentar lagi hidupku akan hancur, setelah bajingan yang tidak kukenal dan tidak dapat kulihat itu selesai memerkosaku. Aku benar-benar sedih menyadari bahwa bagian terpenting dari hidupku sebentar lagi akan direnggut paksa oleh orang yang tak kukenal.

Rupanya, pada saat semua keluargaku sudah tertidur, ada yang masuk ke dalam rumah dan kemudian masuk ke kamarku yang kebetulan kuncinya hanya dari slot kayu yang dipakukan ke kusen pintu, sehingga cukup disentak sekali saja bisa lepas. Rupanya dia tersebut sudah cukup mengetahui situasi rumahku. Tangan dan kakiku masih terikat, dan mulut serta mataku pun masih tertutup, menurut perkiraanku pada saat itu kira-kira pukul 12-1 malam, aku ketahui dari bunyi jangkrik yang sayup-sayup kedengaran. Tiba-tiba aku merasa, badanku ada yang mengelus-elus dan menggerayangi, kedua buah dadaku terasa diremas-remas dan pada bagian putingku dipelintir-pelintir. Bagian perutku terasa dicium dan dijilat-jilat, terus menurun kebawah dan kemudian giliran kedua paha saya yang kemudian dicium-cium dan dijilat-jilat, terus kepangkal pahaku, akhirnya pokek ku yang menjadi sasaran permainan mulut dan lidah orang tersebut. Terasa lidahnya menyapu kedua bibir pokek ku dan sekali-sekali terasa lidahnya mencoba membelah bibir pokek ku untuk menerobos kedalam lubang pokek ku. Pada saat berikutnya terasa klitorisku menjadi sasaran lidahnya. Aku tidak dapat berkutik, ingin kututup pahaku, tetapi kedua kakiku dipegangi dan diikat dengan kuat.
Mula-mula terasa pedih, linu dan nyeri luar biasa. Lidah orang itu, menyapu bibir pokek ku dan mencoba menerobos ke dalam liang pokek ku, sambil menggigit dan menjilati clitorisku, dan kadang-kadang lidahnya terjulur ke dalam liang pokek ku. Gigitan-gigitan kecilnya mula-mula membuatku merasa sakit, tapi lama-kelamaan muncul rasa lain yang belum pernah kurasakan seumur hidupku, geli, linu, sedikit perih tapi nikmat sehingga membuat seluruh badanku terasa panas dingin. Lama-kelamaan tanpa terasa aku menggoyang-goyangkan pantatku karena menahan rasa geli luar biasa yang ditimbulkan dari permainan mulut dan lidahnya pada bagian-bagian sensitifku itu. Dan dihisap-hisapnya pula, sehingga aku semakin bertambah tak dapat menahan rasa gelinya, dan tangan orang itu pun tidak tinggal diam, dipuntir-puntirnya puting buah dadaku, serta diremas-remasnya, sehingga menambah rasa geli sekaligus nikmat.
Aku sudah melupakan rasa takut dan sedih, berganti dengan rasa sangat nikmat, nikmat sekali, sulit kuutarakan rasa nikmatnya. Rupanya inilah, yang disebut dengan surga dunia. Saking tidak tahannya, aku ingin menjerit tapi tidak dapat mengeluarkan suara, hanya desahan dari hidungku, tiba-tiba aku merasakan suatu kenikmatan luar biasa yang tidak dapat kulukiskan dan aku tiba-tiba merasa hendak pipis, “…crut…, crut…, crut…, nyut…, nyut…, nyut…”, dan bagian dalam pokek ku terasa berdenyut-denyut. Badanku menjadi kejang dan bergetar dengan hebat sampai tak terasa badanku tersentak-sentak dan terangkat-angkat di atas tempat tidur. Rupanya aku telah mencapai yang disebut orgasme. Dan pipisku itu rupanya cairan yang menyemprot dari dalam pokek ku saat orgasme. Setelah saat kenikmatan yang melandaku usai, seluruh badanku terasa lemas tak bertenaga.
Kemudian terasa orang itu mulai menindihku, mulutnya terasa menghisap-hisap leherku, mulutnya berbau aneh, rupanya itu adalah bau cairan yang keluar dari milikku. Tangannya meraba-raba dan meremas-remas seluruh tubuhku, terutama pada kedua bongkahan pantatku, kadang dengan halus tapi seringkali kasar, dan tiba-tiba pada pangkal pahaku, tempat dimana tadi dijilat-jilat dan di sedot-sedotnya, terasa ada benda tumpul, keras lagi besar menggesek-gesek di antara kedua pahaku yang sudah terkangkang itu. Secara otomatis aku mencoba merapatkan kedua kakiku, akan tetapi tidak bisa karena tertahan oleh ikatan pada sudut-sudut tempat tidur. Benda tumpul itu terasa mengoles-oles bibir pokek ku dan sekali-sekali ditekan pada klitorisku. Terasa sangat geli dan ada perasaan nikmat yang menjalar ke seluruh tubuhku. Tak terasa pokek ku menjadi sangat basah dan ini rupanya disadari juga oleh orang tersebut, bahwa aku sudah sangat siap untuk permainan selanjutnya. Secara perlahan-lahan terasa benda tersebut menguak kedua bibir pokek ku yang masih sangat rapat dan terasa benda tersebut memaksa masuk kedalam lubang pokek ku. Rupanya itu adalah penis orang itu, perasaan sakit pada pokek ku mulai terasa, pedih, terasa penis orang tersebut yang rupanya sangat besar sulit menembus pokek ku yang masih perawan, aku mencoba menjerit, tapi hanya terdengar lenguhan dan dengusan dari hidungku saja, karena mulutku dibekap.

Aku mencoba berontak, tapi tidak bisa, karena kedua tangan dan kakiku terikat, benar-benar aku merasa tidak berdaya. Dan akhirnya, aku merasa kemaluanku seakan-akan terbelah dan ulu hatiku seakan-akan disodok oleh benda tumpul, ketika orang tersebut dengan ganas dan kasar secara brutal menekan masuk dengan paksa seluruh penisnya kedalam lubang pokek ku. Terasa besar dan panjang, memadati serta mengisi setiap sudut ruang pokek ku, sakit dan ingin pingsan rasanya bercampur aduk dalam diriku. Penis yang besar itu terasa memadati dan terbenam, diam sejenak dalam pokek ku. Tidak lama kemudian terasa orang itu mulai menaikturunkan pantatnya, sehingga penisnya naik turun, masuk keluar, pada pokek ku. Mula-mula setiap penisnya bergerak masuk atau keluar dari pokek ku, terasa sakit dan nyeri, akan tetapi lama kelamaan, rasa perih hilang dan berganti dengan rasa nikmat, perasaan nikmat yang sukar kulukiskan, semakin lama perasaan nikmat itu mulai menjalar ke seluruh tubuhku, sehingga aku merasa seakan melayang-layang. Badanku dengan tidak sadar mulai meresponsnya dengan ikut bergoyang-goyang, dan tiba-tiba badanku bergetar lagi dengan hebat dan bagian dalam pokek ku kembali berdenyut-denyut dengan hebat, aku mengalami orgasme lagi dan bahkan lebih hebat daripada sebelumnya. Dan rupanya, orang itu masih tetap kuat dan naik turun, terus-menerus, beberapa saat kemudian, aku mengalami orgasme lagi, lagi dan lagi, dan dia masih naik turun terus dengan stabil tanpa ada tanda-tanda akan berhenti, aku keluar terus menerus lagi dan lagi. Sampai seluruh badanku terasa lemas tidak bertenaga.
Aku sekarang benar-benar terkapar tidak berdaya, dengan kedua kaki yang terpentang diperkosa oleh orang tersebut sesuka hatinya. Dan orang itu, suatu saat mempercepat gerakannya, dan tiba-tiba dia merangkulku kuat-kuat, serta menciumi serta menghisap leherku kuat-kuat, dan terasa penisnya berdenyut-denyut, kemudian terasa cairan hangat kental menyembur dengan derasnya membasahi rongga-rongga lubang pokek ku ku. Dan karena tekanan badannya yang kuat serta denyutan-denyutan yang kurasakan dari penisnya, sehingga membuatku kembali mengalami orgasme yang ke sekian kalinya secara bersamaan dengan orang tersebut. Badanku bergetar dan akupun merasakan denyutan-denyutan juga, nikmat sekali. Badan orang tersebut terkulai menelungkup di atas badan saya dengan penisnya yang masih terbenam di dalam liang pokek ku.
Setelah beristirahat sebentar terasa penis orang tersebut yang masih terbenam dalam pokek ku mengeras kembali. Dan malam itu rupanya permainan belum usai, dengan semangat menggebu-gebu orang itu mengulangi lagi permainannya, demikian diulanginya sampai tiga kali lagi pada malam itu. Aku sungguh merasa lelah dan lemas sekali, seluruh tulang-tulangku seakan-akan terasa dilolosi, tapi di sisi lain aku merasakan kenikmatan yang teramat sangat luar biasa, pokek ku terasa pecah dan bonyok dibantai oleh penisnya. Sungguh ini suatu pengalaman pertama yang sulit kulupakan dan bahkan sampai kini pun aku tidak tahu, siapa pelaku sebenarnya. Barang-barang di rumahku tidak ada yang hilang satupun, jadi tentu saja dia bukan pencuri. Baru pada saat menjelang pagi, orang itu keluar dari kamar, dimana sebelumnya satu tali di tanganku dilepaskan simpulnya. Dan setelah orang itu pergi, aku buka talinya, tangan satunya aku lepaskan, rupanya mata dan mulutku diplester, pakai plester putih. Dan kakiku pun sudah kulepaskan. Kulihat, ada bekas-bekas warna merah di sepreiku yang putih warnanya dan badanku pun juga terlihat merah-merah, bekas gigitan dan sedotannya. Celana dalamku, teronggok sobek di lantai, demikian juga baju dan BH-ku.
Aku merasa sedih sekali mengingat aku telah kehilangan milikku yang paling berharga, tapi di lain pihak ada perasaan puas yang melanda diriku dikarenakan perasaan nikmat yang baru saja kuperoleh. Aku tidak berani menceritakan hal itu ke orang tuaku ataupun kepada saudaraku karena malu dan takut. Aku hanya memendam kejadian ini seorang diri saja. Kejadian ini, masih terulang lagi berkali-kali, sampai aku tamat dari Kuliah dan herannya aku tidak hamil, entah diapakan lubang pokek ku oleh orang ini. Aku sudah tidak lagi merasa takut apabila kamarku dimasuki kembali oleh orang tersebut, bahkan aku ada semacam perasaan rindu dan kehilangan jika orang tersebut baru datang agak lama. Aku hanya dapat menduga bahwa perbuatan tersebut dilakukan oleh tukang antar beras dari desa yang memang sering bermalam di rumahku, tapi setiap aku bertemu dengannya, dia bersikap biasa saja, seolah tidak ada pernah ada kejadian apapun. Aku sebenarnya ingin meminta pertanggungjawabannya, tetapi malu, jangan-jangan bukan dia, karena sebenarnya aku tidak memiliki bukti apapun. jadi, apakah mungkin yang memperkosaku adalah hantu? karena ukuran Penis dia tidak seperti manusia normal, besar, panjang, berurat, dan sangat kokok.

Sabtu, 03 September 2016


YEYEN LIDYA
“Nikmatnya Lubang Pokek & Lubang Burit Yeyen yang rapet”



Seusai mengikuti acara salah satu tv show terkenal di salah satu stasiun tv swasta, Yeyen Lidya segera bergegas menuju parkiran mobil untuk menuju acara ultah temannya yang dirayakan disalah satu kafe di Jakarta. Namun saat baru saja akan menaiki mobilnya, mulutnya dibekap 2 laki2 tak dikenal berbadan besar….Yeyen meronta memberontak namun tenaganya kalah besar dengan laki2 tersebut.
Selanjutnya yang ia rasakan hanyalah pusing di kepala dan terlelap dalam dekapan obat bius yang dipakai laki2 itu pada sapu tangan yang dipakai untuk mendekap Yeyen.
Saat tersadar, Yeyen berada dalam sebuah kamar kumuh berantakan dengan posisi tangan dan kaki terikat membentuk posisi X….sehingga celana dalam hitamnya pun terpampang jelas dengan posisi kaki mengangkang seperti itu. Yeyen meronta mencoba melepaskan diri, namun ikatan2 itu begitu kuat sehingga tubuhnya pun melemah….dan tiba2 masuklah kedua laki2 yang membekapnya tadi….Yeyen terkejut, karena ternyata kedua laki2 tersebut adalah satpam penjaga parkir tempat dia biasa memarkirkan kendaraannya di salah satu parkiran tv stasiun swasta.

Satpam1 : “Halo cantik…sudah bangun yah….mmmm…mantab bgt badan loe..”

Yeyen : “Lepasin gue!!! gue bakal teriak nehhhhh!!!!”

Satpam2 : “Teriak aja yang kenceng, gak bakal ada yg denger….hahahaha”

Yeyen : “Kalian mau apa? mau duit? mau mobil?….please lepasin gue…”

Satpam1 : “Kalo duit gampang dicari neng….nah kalo pokek artis kayak elo gini susah hahaha”

Satpam2 : “Yoi….gue selalu konak kalo liat neng Yeyen mampir di studio…..sexy bgt sehhh….hahaha”

Malam itu Yeyen menggunakan gaun hitam dengan belahan dada rendah dan cukup mini….memang ia biasa mengenakan pakaian sexy saat memandu acara kuis yang biasanya ditayangkan tengah malam.


Kedua satpam tersebut mendekati Yeyen yang terikat tak berdaya di tempat tidur, yang satu duduk disebelah kirinya sementara yang satu lagi duduk bersila tepat diantara kedua kakinya yang mengangkang karena terikat ujung kanan dan kiri tempat tidur. Joni, satpam yang duduk disebelah kiri Yeyen mulai meraba toket Yeyen yang montok, tangannya mengusap-usap belahan dada Yeyen sambil memijat pelan toket Yeyen…tangan Joni begitu kasar dan hitam dengan kuku2 yang tak terawat….Yeyen meronta sebisanya saat dilecehkan seperti itu namun sekali lagi ia tak dapat berbuat banyak. Sementara Joni asik memainkan toket gede Yeyen, Tarjo si satpam yang satunya lagi mengusap kedua betis Yeyen sambil terus merayap naik hingga kedua belah paha dalam Yeyen yang hangat…..jari2 nakal Tarjo terus mendekati gundukan indah diantara selangkangan Yeyen dan dengan satu gerakan cepat, Tarjo menarik celana dalam hitam Yeyen hingga robek sehingga pokek legit Yeyen terpampang jelas dihadapannya.

Tarjo : “Busett…mantab bener pokek neh cewek….gundul bener Jon….”

Yeyen : “Tolong..jangan apa-apakan Pokek ku….., place, jangan kentot Pokek ku..”

Joni : “Ya udah elo sikat duluan aja tuh pokek, gue masih pgn maenin toketnya neh…mengkel bgt hahaha”

Yeyen : “Tolong..jangan nodai saya…..”, isak Yeyen…

Joni : “Nodai? gue bakal pake elo neng…elo bakal jadi perek kita semaleman hahaha”

Joni mulai membuka gaun hitam yang dikenakan Yeyen sambil menciumi leher jenjang Yeyen yang wangi…..tubuh polos Yeyen kini terpampang jelas dihadapan kedua satpam kurang ajar tersebut. Yeyen memang baru saja mencukur bersih jembutnya karena sang pacar biasanya lebih senang menyetubuhinya jika pokeknya sedang gundul. Belum selesai kagetnya saat ditelanjangi, Yeyen merasakan geli di pokeknya saat lidah liar Tarjo melumat klitoris coklat kemerahannya dan menggigitinya perlahan……sementara Joni sibuk menyusu dikedua belah toketnya sambil meremas-remasnya dengan kasar. Yeyen tak kuasa menahan desahannya saat baik lidah Tarjo maupun Joni menyapu toket dan klitorisnya.


Puas mengulum dan menggigiti klitoris Yeyen, Tarjo menyapu belahan pokek Yeyen dengan lidah sambil tangannya mencubit bibir pokek Yeyen…..dengan kedua tangan besarnya, Tarjo membuka lebar pokek Yeyen sambil menatap rongga kenikmatan yang sebentar lagi akan dinikmatinya…..pokek Yeyen merah merekah dan mulai basah oleh permainan liar Tarjo. Dan Joni yang sudah mulai puas membuat toket Yeyen dipenuhi memar2 kemerahan segera membuka celananya, mengeluarkan penis besarnya yang hitam….Joni jongkok dihadapan muka Yeyen dengan penis mengacung ke wajah cantiknya…Yeyen memalingkan wajahnya, seolah-olah jijik dengan penis hitam besar bau yang disodorkan kehadapannya….namun Joni mencengkram wajah Yeyen dan memintanya untuk membuka lebar mulutnya….tak kuasa menahan sakitnya cengkraman Joni, Yeyen pun pasrah membuka lebar mulutnya dan membiarkan Joni memperkosa mulutnya dengan penis besar hitamnya itu. Yeyen begitu mual merasakan penis menjijikkan itu dalam mulutnya, namun Joni justru mengocoknya perlahan dalam mulut Yeyen…tiap kocokan membuat Joni mendesah dan mengeluarkan kata2 kotor yang merendahkan keberadaan Yeyen sebagai artis ternama. Tarjo yang masih asik memainkan pokek Yeyen, kini mulai memasukkan jari telunjuk dan tengahnya secara bersamaan kedalam lubang pokek Yeyen….Tarjo mengocoknya perlahan sambil tgn kirinya mencubit klitoris Yeyen. Saat mulutnya dipenuhi penis Joni, tiba2 Yeyen tersentak merasakan orgasme pertamanya………

Joni : “Wuihhhh keenakan juga loe neng…..”

Yeyen : “aaaahhh.... Pokek ku....!!!”

Tarjo : “Dasar perek…awalnya nolak taunya nikmatin juga!”

Mengetahui Yeyen telah merasakan orgasme pertamanya, Tarjo segera mengeluarkan penisnya yang sedikit lebih kecil diameternya dari Joni namun lebih panjang…..Tarjo menggesekkan penisnya kebelahan pokek Yeyen sambil mendesah keenakkan. Dan dengan sekali sentakan, penis panjang Tarjo telah menusuk lubang pokek Yeyen yang sempit dan agak dalam tersebut….

Yeyen : “aaaahhh.... Pokek ku....!!!”

Tarjo : “anjriiittt….uenak bgt pokeknya…masih peret nihhhh”

Yeyen tak dapat berkata apa2 karena mulutnya masih dipenuhi penis besar Joni…..ia hanya merasakan agak perih dalam pokeknya karena permainan Tarjo sebelumnya yang mengocok kasar pokeknya dengan dua jari. Yeyen merasakan asin saat ia dipaksa menjilat lubang kencing penis Joni yang mengeluarkan air mani….namun ia tak berani melawan karena Joni mengancam akan menyilet wajah cantiknya.

Saat Tarjo masih asik mengocok penisnya dalam pokek legit Yeyen, Joni memilih mencabut penisnya dari dalam mulut Yeyen, Joni kembali menyusu sambil mencubit-cubit kasar puting susu Yeyen yang coklat kemerahan…..Yeyen kini dapat leluasa merintih dan mendesah….sambil memejamkan mata……….

Kocokan Tarjo mulai melemah….Yeyen berpikir akhirnya selesai juga penis panjang itu menusuk-nusuk pokeknya…..dan apalagi Joni melonggarkan ikatan pada tangannya….Yeyen mulai berpikir bahwa ia akan dilepaskan segera. Namun yang terjadi kemudia adalah….Joni merebahkan dirinya dibawah tubuh telanjang Yeyen….sambil mendekap kedua toket gedenya…..sementara Tarjo mencabut penisnya dan memasukkan jarinya kedalam pokek Yeyen yang masih basah….dan yang terjadi kemudian..adalah hal yang paling ditakuti Yeyen…..Tarjo melumasi lubang anus Yeyen dengan cairan yang berasal dari pokeknya….Yeyen : “kalian mau apa? tolong jangan disitu!!!! sakit!!!”

Tarjo : “Udah neng nikmatin aja….Joni tuh paling doyan nyodomi….hahaha…”

Joni : “Yoi…apalg nyodomi bool perawan artis kayak elo neng…..”

Yeyen : Tolong..jangan juburi aku….., Burit ku.. ooohhh.....”


Selesai melumasi lubang anus Yeyen dengan cairan orgasme dari pokek Yeyen, Tarjo membantu Joni mengarahkan penisnya kedalam lubang anus Yeyen….karena penis Joni begitu besar, hanya kepala penisnya saja yang bisa masuk…..namun dengan satu sentakan kuat yang membuat Yeyen menjerit kesakitan, penis besar itu berhasil membobol lubang anus perawan Yeyen yang lebih sempit dari pokeknya…..Yeyen terisak menangis menahan sakit…apalagi saat penis besar itu mulai mengocok pelang lubang anusnya.

Belum selesai rasa kagetnya…..Tarjo ternyata kembali memasukkan penisnya kedalam lubang pokek Yeyen yang menganggur……entah mimpi apa semalam….kali ini Yeyen diperkosa dua penis yang membobol dua lubangnya sekaligus. Penis Tarjo dan Joni kadang bergesekan diantara kulit pokek dan anus Yeyen….Yeyen memang merasakan sensasi yang luar biasa….namun bukan dengan cara pemerkosaan seperti ini…..


Tarjo : “aduhhhh neng….pokeknya kualitas satu neh emang….”

Yeyen : “aaaahhhh..........lubang Pokek ku!!!! Aaaahh.....lubang burit ku....eeehhhmmm..”

Joni : “Bool loe rapet banget neng lubang burit mu…burung gue ampe kesedot neh hehehe”

kedua satpam brengsek itu terus menggenjot lubang anus dan pokek Yeyen dengan liar…..entah berapa kali Yeyen merasakan orgasme….dan tiba2 tubuh2 kedua satpam itu bergemuruh…….dan crooottttttt!!!!!!! Kedua satpam itu menyemburkan spermanya kedalam lubang pokek dan anus Yeyen secara bersamaan……mereka terus menekan penisnya dalam2 sampai sperma yang dikeluarkan mulai habis….dan mendiamkannya beberapa saat didalam tubuh Yeyen…..


Entah berapa kali Yeyen diperkosa kedua satpam itu semaleman….dan pagi2nya Yeyen mendapatinya dirinya tergeletak tak berdaya telanjang bulat…disebuah rumah tua tak berpenghuni yang biasa dipakai para gelandangan untuk berteduh…..